Bernasindo.id - Seminar nasional bertajuk "Merajut Kebersamaan dalam Iman: Belajar dari Kitab Suci dan Teladan Nabi untuk Menjadi Pribadi yang Lebih Baik" bukan sekadar diskusi formalitas melainkan petualangan kebijaksanaan dan Toleransi hidup bersama di tengah pelbagai perbedaan latar belakang. Acara tersebut diselenggarakan di aula Kapela Sta. Maria Stella Maris, Wae Cepang, Kamis (25/09/2025).
Kegiatan seminar kebangsaan dan toleransi itu dihadiri oleh kepala kantor kementrian Agama (Kakan), Bapak Pontius Mudin, S.Fil, Kepala seksi Pendidikan Agama Katolik (Kasi Penkat), Bapak Yohanes Masgur, S.S, Kepala seksi Pendidikan Agama Islam (Kasi Pendis), Bapak Ahmad Jauhari, S.Ag beserta rombongan dari Kemenag, PLT Kepala Sub Bagian (Kasubak) kabupaten Manggarai, Ibu Febi, Camat Satarmese Barat, Bapak Anselmus Janggur, S.Keb. Ns, Kepala Desa Terong, Kepala Madrasah Alia Negeri 2, Ketua Komite SMKN 1 Satarmese, Imam Mesjid Ramut, Ketua Ikatan Remaja Mesjid (Irmas), dan tokoh masyarakat setempat.
Forum diskusi itu menghadirkan empat narasumber hebat yakni Kakan Kemenag, Kasi Penkat, Kasi Pendis, dan Ketua GP Ansor Kabupaten Manggarai. Keempat tokoh hebat tersebut membagikan cahaya pengetahuan yang menukik tajam dan menembus ruang kesadaran para guru, siswa-siswi SMKN 1 Satarmese serta tokoh-tokoh masyarakat yang hadir dalam seminar tersebut.
Kakan Pontius Mudin menyampaikan urgensi implementasi nilai-nilai moderasi beragama di lingkungan Sekolah se-Kabupaten Manggarai.
“Moderasi beragama hadir sebagai solusi untuk menjaga kerukunan dan kedamaian di tengah keberagaman. Dengan mengamalkan moderasi beragama, kita dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Lingkungan sekolah yang moderat dan inklusif menciptakan suasana belajar yang kondusif. Pelajar merasa aman dan nyaman untuk belajar, berdiskusi dan mengembangkan potensi diri. Ini berdampak positif pada kualitas pendidikan secara keseluruhan:, terang Kakan Pontius.
Kakan menambahkan, moderasi beragama memiliki empat indikator yakni komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penerimaan terhadap tradisi/budaya.
Selain itu, Kakan menerangkan hal-hal yang dapat dilakukan dalam penguatan moderasi beragama yakni memperdalam pemahaman agama secara komprehensif dan mendalam, meningkatkan toleransi dan empati, mengembangkan sikap inklusif dan menghargai perbedaan, menggunakan media sosial secara bijak, berperan aktif dalam kegiatan sosial menjadi agen perubahan di lingkungan sekitar dan mengembangkan kreatif dan inovasi.
“Penguatan moderasi beragama di kabupaten Manggarai merupakan upaya yang sangat penting dan mendesak untuk menjaga kerukunan, stabilitas dan kemajuan daerah. Dengan kerja sama yang baik antara semua pihak, diharapkan kabupaten Manggarai dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mempromosikan nilai-nilai toleransi, inklusi, dan keadilan”, tambahnya.
Sejalan dengan Kakan, Kasi Penkat, Yohanes Masgur menggarisbawahi moderasi beragama sebagai pilar pendidikan karakter khususnya terkait landasan utama pendidikan karakter, moderasi beragama sebagai sarana menumbuhkan toleransi, empati dan kerja sama dalam bingkai moderasi dan tantangan pendidikan karakter di era globalisasi.
“Moderasi beragama adalah pilar penting dalam membangun pendidikan karakter yang holistik dan berkelanjutan. Melalui moderasi, nilai-nilai seperti toleransi, empati dan kerja sama antar umat beragama dapat ditanamkan secara efektif dalam lingkungan pendidikan”, terang Bapak Yohanes.
Senada dengan itu, Kasi Pendis, Ahmad Jauhari, mempertegas moderasi agama sebagai landasan pendidikan karakter. Beliau menerangkan sikap seimbang menjalankan ajaran agama dengan toleransi, menghindari ekstremisme yang memecah belah, nilai kemanusiaan yang lebih menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai universal tanpa mengorbankan keyakinan serta lingkungan harmonis yang menciptakan suasana belajar lewat dialog dan refleksi.
“Moderasi beragama dapat memperkuat kerukunan sosial dan membentuk generasi yang bijaksana dalam menghadapi tantangan gelobal. Semua pemangku kepentingan pendidikan harus berkomitmen untuk mengintegrasikan moderasi beragama dalam setiap aspek pembelajaran dan kehidupan madrasah/sekolah”, jelas Bapak Ahmad.
Baca: Laporan Ketua Panitia Terkait 14 Jenis Lomba, Meriahkan HUT ke - 4 SMKN 1 Satarmese
Ketua GP Ansor, Ustadz Joni Setiawan juga turut menyoroti pentingnya cintakasih dalam mewujudkan kehidupan bersama yakni melakukan yang terbaik, mengambil yang terbaik dan memberikan yang terbaik dalam hal perwujudan nilai-nilai iman dan toleransi serta moderasi beragama.
Kegiatan Seminar yang digagas oleh Pimpinan, guru-guru Agama, dan rekan-rekan guru SMKN 1 Satarmese memiliki nilai-nilai kontekstual yakni merangkul perbedaan, menjadikan toleransi dan moderasi beragama sebagai cara berpikir yang menyatu dengan jiwa-raga generasi muda.
Sebab pada dasarnya beragama berarti bertolerasi dan bermoderasi. Hal ini menjadi semangat hidup bersama dan sebuah seruan nyata dari SMKN 1 Satarmese teruntuk Indonesia.
Oleh: Nasarius Fidin
Penulis adalah Guru SMKN 1 Satarmese