Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

"Para Filsuf Agama" dalam MGMP Agama Katolik

Suara BulirBERNAS
Thursday, September 1, 2022 | 14:40 WIB Last Updated 2023-02-08T08:14:31Z
"Para Filsuf Agama" dalam MGMP Aga
"Para Filsuf Agama" dalam MGMP Aga




Oleh: Sil Joni*


Hari ini, Kamis (1/9/2022) peserta In House Training (IHT) Implementasi Kurikulum Merdeka pada SMK Pusat Keunggulan (PK) tingkat SMK Stella Maris harus berjuang ekstra keras untuk membereskan modul ajar. Untuk itu, para peserta diminta  duduk menurut rumpun bidang studi atau kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Pihak panitia sudah mengatur ruang acara sedemikian rapi yang memungkinkan peserta bergabung dalam MGMP masing-masing.


Baca: Menjadi "Guru Merdeka"


Pada tahun-tahun sebelumnya, saya bergabung dengan kelompok MGMP Bahasa Inggris. Tetapi, mulai tahun pelajaran 2022/2023 ini, saya menjadi salah satu tim MGMP untuk bidang studi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Sebuah pilihan yang relatif konek dan linear dengan latar belakang akademik saya.


Dalam MGMP Agama Katolik ini, saya merasa seolah kembali ke 'habitat asli'. Pemikiran filosofis dan teologis 'mengalir deras' ketika berdiskusi. Soalnya adalah kelompok ini dihuni oleh 'para filsuf agama' atau setidaknya pernah mengenyam pendidikan filsafat-teologi. Rekan-rekan guru yang mengajar agama Katolik di SMK Stella Maris kebanyakan bertitel "sarjana filsafat (S. Fil)".


Baca: Guru dan Pembelajaran Paradigma Baru (Sebuah Refleksi Otokritik)


Saya mulai dengan sosok yang paling senior, Vinsensius Patno, S. Ag. Meski tidak bergelar sarjana filsafat, sebetulnya 'tradisi berpikir filosofis', bukan hal baru baginya. Setidaknya, dari rekam jejak akademik kita tahu bahwa beliau pernah belajar di STFK, sekarang IFTK Ledalero. Studi filsafat-teologi itu dilanjutkan di salah satu perguruan Tinggi di Philipina.


Sejak menjadi staf pengajar SMK Stella Maris pada tahun 2013, beliau dipercayakan menjadi penanggung jawab untuk bidang studi agama Katolik. Karena jumlah murid tidak terlalu banyak, maka guru Agama Katolik hanya satu orang. Boleh dibilang, pak Vinsen menjadi 'pemain tunggal' dalam memperkuat kapasitas beragama para siswa kala itu.


Tahun 2016, staf pengajar agama Katolik bertambah satu. Pak Elisius Udit, S. Fil, seorang sarjana filsafat jebolan STFK Ledalero diterima sebagai guru agama Katolik di SMK Stella Maris oleh Yasukma Ruteng. Keputusan ini tentu saja dilatari oleh kenyataan jumlah siswa yang terus bertambah. 


Selanjutnya, personel MGMP Agama Katolik kian solid dengan hadirnya dua sarjana filsafat yang baru. Mereka adalah Ferdi Jerahu yang mulai mengajar pada tahun 2019 dan Rudy Jehanat yang masuk pada tahun 2021. Dengan demikian, saat ini tim MGMP Agama Katolik di lembaga ini sebanyak 5 orang. Empat orang bergelar sarjana filsafat dan satu orang bertitel sarjana agama.


Baca: Pembelajar Sejati (Apresiasi untuk Dua Ibu Guru SMKN 3 Komodo)


Sangat bagus jika 'cara berpikir filsafat' ditularkan ke peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dengan itu, agama tidak dilihat sebagai kumpulan dogma dan ajaran kaku, yang tidak bisa dielaborasi secara kreatif untuk menjawab pelbagai isu kemanusiaan saat ini. Filsafat adalah metode yang efektif untuk membaca kenyataan dan coba mencari cela kira-kira di mana sumbangan agama di tengah kehidupan yang terus berubah, bersifat majemuk, dan multikultural.


Pendekatan saintifik yang dipadu dengan pendekatan filosofis dalam meramu materi ajar, jika dikemas dengan baik, tentu bakal menghasilkan pembelajaran yang tidak hanya relevan dan kontekstual, tetapi juga bisa meningkatkan mutu kompetensi peserta didik. Filsuf yang baik adalah pribadi yang bisa membahasakan secara sederhana'isu-isu telogis' yang kompleks. Para filsuf guru mesti mampu menghadirkan kejernihan dan kejelasan dalam berpikir.



*Penulis adalah anggota MGMP Agama Katolik SMK Stella Maris.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • "Para Filsuf Agama" dalam MGMP Agama Katolik

Trending Now

Iklan