Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Penampakan Tuhan Dan Suara Kenabian Para Guru Besar

Suara BulirBERNAS
Saturday, February 3, 2024 | 11:22 WIB Last Updated 2024-02-03T04:42:59Z
Penampakan Tuhan Dan Suara Kenabian Para Guru Besar
Penampakan Tuhan Dan Suara Kenabian Para Guru Besar




Mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa.” (Luk 2:30-31).


Ketika kaum intelektual kampus turun gunung menyuarakan keprihatinan itu berarti ada sebuah situasi yang mereka sadari sedang mengguncang keselamatan bangsa.  Ketika para Guru Besar baik dari UGM melalui petisi Bulak Sumur, UII Yogyakarta dan UI Jakarta serta terbaru adalah UNHAS dan Aliansi Perguruan Muhammadiyah menyampaikan gugatan kepada pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi dan pejabat negara lainnya sebagai suara kenabian, itu artinya ada sebuah kekuatiran akan nasib dan keselamatan bangsa Indonesia yang bisa saja kembali terkoyak seperti peristiwa 1998


Baca: Siap Menjadi Misionaris


Para Guru Besar ini harus turun gunung menyampaikan suara kenabian mereka tentu ada data ilmiah dan informasi penting yang benar dan kuat dipegang oleh mereka yang menyadarkan mereka bahwa negara ini harus diselamatkan dari tindakan pemimpin yang ingin menghilangkan keselamatan bangsa Indonesia.


Dan ketika suara Guru Besar mulai terdengar di seluruh Indonesia maka itu menjadi angin segar, dukungan yang kuat bagi para mahasiswa untuk bergerak. Dan ketika para mahasiswa mulai bergerak maka kita bisa membayangkan apa yang akan terjadi sebelum maupun sesudah pelaksanaan Pilpres 2024. Kita semua mengharapkan agar bangsa Indonesia baik-baik saja maka etika dan moral adalah payungnya.


Suara kenabian para Guru Besar hampir sama yaitu meminta pemimpin Republik untuk mengedepankan sikap kenegarawanan dimana etika dan moral jadi pemandu dalam bertindak dan memintanya untuk melakukan fungsinya sebagai presiden bagi semua rakyat Indonesia dan bukan bagi salah satu paslon termasuk untuk anaknya.


Baca: Memiliki Hati Amat Kudus Seperti Yesus, Hidup Bersama Yang Lain dan Menjaga Kedamaian Holistik


Suara para Guru Besar bisa dikatakan sebagai tabuhan genderang perlawanan terhadap kepemimpinan yang tidak mengindahkan etika dan moral. Kita harus menyadari bahwa perlawanan di negara manapun selalu bergerak dari kampus dan ketika kampus sebagai jalan perjuangan itu artinya mereka menyadari bahwa negara tidak sedang baik-baik saja, demokrasi sedang menuju ambang kehancuran maka perlu tindakan penyelamatan.


Bahwa 10 tahun kepemimpinan Pak Jokowi terlepas dari masih adanya kekurangan namun banyak juga yang dilakukan tidak berarti membuat kita buta dan tuli terhadap apa yang sedang dipertontonkan pak Jokowi akhir-akhir ini yang sedang menunjukan bahwa Beliau bukanlah seorang negarawan sejati melainkan seorang politisi yang menjadikan kekuasannya untuk melanggengkan keberpihakan pada paslon tertentu termasuk melanggengkan jalan dinasti politik bagi anaknya.


Saya meyakini bahwa para Guru Besar tidak melupakan kerja keras dan kebaikan pak Jokowi selama 10 tahun memimpin bangsa Indonesia. Namun apalah artinya semua itu ketika etika dan moral tidak menjadi hukum tertinggi dalam tindakan dan perbuatan nyata.


Ketaatan pada hukum sejatinya menjadikan kita lebih beretika dan bermoral dan bukan menjadi homo homini lupus. Ketaatan pada hukum sejatinya menjadikan kita lebih negarawan yang memikirkan keselamatan bangsa daripada menjadi seorang politisi yang memikirkan kepentingan kelompok, golongan dan dinasti.


Kondisi yang tidak baik-baik saja ini juga menjadi alasan bagi Allah yang mengutus AnakNya Tuhan kita Yesus Kristus untuk menyuarakan dan melaksanakan keselamatan Allah di tengah-tengah dunia. Bahwa kelahiran dan kehadiran Yesus ikut mendapatkan perlawanan dari penguasa saat itu dan penolakan orang-orang dari tempat asalnya sendiri tidak menjadi alasan bagi Allah untuk menunda terlaksananya rencana penyelamatanNya di tengah-tengah dunia.


Baca: Ikrar perkawinan Suci Bayu dan Icha, Pastor Paroki Narang ingatkan Soal Rumah, Keluarga dan Cinta


Yesus yang dipersembahkan di Bait Allah merupakan persembahan keselamatan yang membawa sukacita bagi semua orang dalam diri Simeon. Persembahan Yesus di Bait Allah adalah awal gerakan moral Allah untuk menata dunia menjadi lebih baik dari tangan-tangan para penguasa yang menjadikan kekuasaan mereka tidak lagi untuk melayani namun untuk menindas dan demi keuntungan kelompok, sekutu dan keluarga.


Kata-kata Simeon yang telah melihat keselamatan Allah menjadi pertanda bahwa selama hidupnya belum menikmati keselamatan yang hakiki dari Allah. Yang dilihat Simeon sebelumnya adalah penindasan, penjajahan dan ketidakharmonisan dalam kehidupan lantaran jauh dari yang namanya etika dan moral.


Maka suara para guru besar dan dosen dari berbagai universitas dan aliansi adalah suara pengharapan Simeon yang hendak melihat reformasi (keselamatan bangsa) dengan segala perjuangan dan korban nyawa para aktivis dan mahasiswa tetap terjaga. Reformasi bangsa yang adalah jalan keselamatan bangsa yang diperjuangkan dengan darah dan nyawa hendaknya menjadi sukacita bersama bangsa Indonesia. Itulah suara pengharapan mereka untuk seorang pak Jokowi yang adalah presiden kita.


Maka kalau kita mau membuka mata hati dan nurani, pilpres bukan tentang Jokowi. Pun pula bukan tentang para calon, melainkan tentang Indonesia yang harus diselamatkan dengan mengedepankan etika dan moral dan bukan semata dengan pujian atas segala prestasi hingga menjadi buta mata dan hati terhadap situasi yang tidak beretika dan bermoral yang sedang diperlihatkan oleh pemimpin kita hari-hari ini yang hendak mengubur keselamatan (reformasi) bangsa demi kepentingan kelompok dan keluarga.


Ketika Romo Magnis Suseno Sj ikut bersuara lantang; “Apakah kita mau dipimpin orang yang menodai Etika?” Itu artinya Romo Magnispun sedang melihat bahwa situasi bangsa kita sedang tidak baik-baik saja oleh karena etika dan moral ditabrak sesuka hati demi kekuasaan.


Maka renungkan dengan hati nurani kita;


“Apakah pilihan kita menjadi jalan keselamatan bangsa atau justru membawa Indonesia pasa kehancuran karena lebih mengendepankan pujian dan menutup pintu nurani atas etika dan moral yang dilanggar?”



Manila: 03-Februari, 2024

Oleh: RP. Tuan Kopong MSF

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Penampakan Tuhan Dan Suara Kenabian Para Guru Besar

Trending Now

Iklan