Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Kesederhanaan Kami Adalah Kekayaan Kami

Suara BulirBERNAS
Wednesday, December 1, 2021 | 16:16 WIB Last Updated 2021-12-06T02:34:16Z

 



Dalam sebulan secara bergiliran saya mengunjungi umat dan pengurus stasi untuk ngobrol, ceritera bersama, tertawa bersama dan diisi dengan katekese singkat seputar PUMR. Entah di kapel maupun rumah mereka. Santapan kami sederhana saja: pisang rebus, singkong rebus dan kadang kolak dan kopi. Santapan yang sederhana ini justru memberikan kekayaan yang paling berharga dalam hidup saya sebagai seorang imam dan hidup mereka yaitu: sukacita dan kekeluargaan.

Ada yang memanggil saya sebagai om mereka. Ada yang menyapa saya sebagai saudara mereka. Bahkan anak-anak merekapun menjadi sangat aktif di dalam kegiatan gerejani sebagai misdinar, OMK, KOMSOS dan koor. Jarak tempuh yang cukup jauh dan ditempuh dengan berjalan kaki tidak memadamkan api semangat pelayanan mereka dan juga anak-anak mereka.

Pada pembinaan Krisma seminggu yang lalu, didepan anak-anak mereka saya mengatakan; 

“Semangat pengorbanan kalian sungguh menginspirasi saya. Kalian masih muda, namun ditengah kesibukan studi dan kuliah kalian, kalian telah menjadi teladan dan model pelayan sejati tanpa keluh”.

Umat dan pengurus di tiga stasi adalah orang-orang sederhana, yang setiap kali pertemuan DPP lebih banyak memilih diam, mendengarkan entah mereka setuju atau tidak dengan hasil keputusan pertemuan. Alasan yang mereka ungkapkan kepada saya mengapa mereka diam saja karena mereka merasa malu berbicara di depan mereka yang kaya yang berada di pusat paroki.

“Kami merasa malu, merasa rendah untuk berbicara di depan mereka yang kaya di pusat paroki. Apalagi kadang kami lewat di depan mereka saja, pandangan mereka sinis” ungkap mereka.

Dari alasan mereka itulah, saya mencoba meluangkan waktu untuk hadir di tengah mereka, berceritera bersama mereka sekitar 2-4 jam. Bercanda dan tertawa bersama mereka. Selalu ada kerinduan untuk berceritera dan tertawa dengan mereka. Ada kesegaran dan semangat baru yang saya alami setelah bertemu mereka.

Saya selalu menyemangati mereka dengan mengatakan demikian;

“Sekaya apapun mereka, namun nenek moyang mereka juga pernah makan pisang, singkong maupun kelapa. Dengan makan singkong, pisang rebus dan ngopi bersama kalian, menegaskan bahwa kita adalah sama. Tidak ada yang kaya dan tidak yang miskin. Justru dari pisang rebus, singkong rebus dan segelas kopi kita bisa tertawa, berceritera dan belajar bersama. Maka jangan malu! Karena kita adalah sama, satu keluarga.”

“Yesus waktu memanggil para murid yang pertama (Mat 4:18-22) hingga terbentuk kelompok dua belas (Luk 6:12-16) juga adalah orang-orang sederhana semua. Kesederhanaan para murid pertama dan dua belas rasul melahirkan miliaran umat Kristen Katolik di seluruh dunia”, tegasku.

Ketika stasi dan umat yang saya kunjungi selalu memberikan inspirasi dan harapan bahwa mereka yang sederhana menjadi garda terdepan dalam pelayanan. Dan itu nampak dari semangat pengorbanan mereka yang mencari dan membawa umat untuk aktif di stasi mereka.

Saya mengatakan dalam rapat DPP;

“Mengalami dan melihat semangat umat dan pengurus ketiga stasi kita ini, saya memiliki harapan bahwa dari mereka, paroki kita ini akan berkembang dan maju.”

Mereka tidak pernah mengeluh dan menolak ketika saya minta bantuan mereka ke paroki untuk koor setiap hari Senin meski harus berjalan kaki sambil membawa gitar dan salon. Mereka harus bangun pagi mempersiapkan diri ke gereja.

Kesederhanaan mereka mengingatkan saya pada sosok janda miski yang dipuji oleh Yesus karena memberi dari kekurangannya (Luk 21:1-4). Demikianpun dengan mereka yang melayani dengan penuh kesetiaan dan pengorbanan justru dari kesederhanaan mereka.

Kesederhanaan mereka selalu menjadi obat penghilang penat dan capek namun memberikan inspirasi sekaligus menyemangat api misioner saya yang pada akhirnya menyadarkan saya bahwa;

“Kesederhanaan kami adalah kekayaan kami lantaran ada sukacita, semangat baru dan komitmen serta pengetahuan baru yang bisa kami dapatkan bersama.”

Manila: 25-November 2021

Pater Tuan Kopong MSF

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kesederhanaan Kami Adalah Kekayaan Kami

Trending Now

Iklan