Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Manusia Sebagai Mahluk Otonom: (1) Suara Hati

Suara BulirBERNAS
Thursday, November 10, 2022 | 11:28 WIB Last Updated 2023-11-14T05:35:19Z
Manusia Sebagai Mahluk Otonom: (1) Suara Hati
Manusia Sebagai Mahluk Otonom: (1) Suara Hati




Sebelumnya, saya sudah menjelaskan manusia sebagai mahluk pribadi yang unik, berkarunia, dan bermartabat luhur sebagai citra Allah. 


Pada kesempatan ini, saya akan menjelaskan manusia sebagai makhluk otonom. Manusia bersikap mandiri; memiliki kebebasan untuk menentukan sikap hidup yang otonom.


Kata otonom berasal dari bahasa Yunani, "autos" yang berarti sendiri dan "nomos" artinya hukum atau aturan. Jadi, otonom yakni berdiri sendiri atau mandiri. 


Baca: Ketika 'Bendera Raksasa' Berkibar di SMK Stella Maris


Pribadi otonom merupakan pribadi yang dapat menjadi tuan atas dirinya sendiri. Artinya, ia memiliki kebebasan/kemandirian dalam menentukan pilihan atau kehendaknya.


Allah telah menganugerahkan akal budi, hatinurani, kehendak dan sebagainya sehingga manusia dapat mengambil keputusan atau membuat penilaian moral terkait suatu tindakan/perbuatan.


Kesadaran moral inilah memampukan seseorang bersikap kritis dan bertanggungjawab terhadap keputusannya. 


Tema tentang Manusia Sebagai Mahluk Otonom memiliki 3 poin pokok yakni Suara Hati, Bersikap Kritis dan Bertanggung Jawab terhadap Pengaruh Media Massa, dan Bersikap Kritis terhadap Ideologi dan Gaya Hidup yang Berkembang Dewasa Ini


1. Suara Hati


a. Kemajuan tehnologi elektronik dan digital sangat berpengaruh terhadap sistim nilai dan budaya. Pergeseran nilai-nilai dapat diperparah oleh karena kurang tertanamnya nilai-nilai religius/agama, lemahnya proses pencarian jati diri, lebih khusus kaum muda. 


Dalam upaya pencarian jati diri, kaum muda sangat mudah dan rentan dipengaruhi. Mereka mudah terjebak dalam pelbagai arus kehidupan. Oleh karna itu, mereka wajib mendapatkan pendampingan dan pembinaan sehingga semakin mandiri dan dewasa dalam membuat keputusan dan kebijakan dalam hidup. Mereka wajib mendengarkan suara hati atau hati nuraninya


b. Pengertian suara hati sangat kontekstual dan menarik perhatian kita. Dalam bahasa latin, istilah "conscientia" berarti suara hati. Sedangkan dalam bahasa Inggris, kata conscience berasal dari kata conscio.


Conscientia dipahami sebagai kesadaran, pengetahuan. Dalam konteks ini, suara hati adalah kesadaran moral yang timbul dan tumbuh dalam hati manusia berdasarkan pertimbangan akal budi. Kesadaran moral diakui sebagai wujud tanggung jawab manusia yang sifatnya otonom. 


Dalam KGK 1778, suara hati atau hatinurani merupakan keputusan akal budi. Manusia mampu mendengar dan memgenal penetapan hukum ilahi oleh karena keputusan hatinuraninya. 


Dalam diri manusia, ada dua hukum yang wajib diketahui dengan baik dan benar yakni hukum Allah dan hukum dosa. Kedua hukum tersebut sangat bersebrangan. Hukum Allah menuju kebaikan. Sedangkan hukum dosa menuju pada kejahatan. 


c. Fungsi suara hati


Fungsi suara hati yakni


1. Sebagai pengingat


Suara hati berfungsi sebagai pengingat apakah seseorang harus melakukan atau tidak. Jika itu baik, benar dan indah, kita wajib melakukannya. Suara hati berfungsi sebagai pemberi motivasi/dorongan supaya melakukan yang baik dan benar dan menolak perbuatan jahat. 


2) Sebagai “hakim”. Suara hati akan mengadili apakah yang saya lakukan tadi “benar” atau “salah”.


3) Sebagai penyadar manusia akan nilai dan harga dirinya.


d. Proses suara hati


1. Suara hati berperan sebagai petunjuk (indeks) sebelum  kita bertindak. Hal itu mengingatkan pengetahuan kita soal yang baik dan yang buruk. Orang-orang dewasa pasti memiliki kesadaran moral seperti ini. 


2. Suara hati bertindak sebagai hakim yang disebut dengan iufeks pada saat menjelang bertindak. Suara hati menyuruh kita melakukan sesuatu yang baik dan melarang/menghindari yang jahat. 


3. Suara hati berfungsi sebagai vindeks. Suara hati dapat memberikan vonis yang akan menyatakan soal perbuatan kita itu tepat atau tidak tepat.


Suara hati akan menghukum jika kita melakukan yang jahat, tetapi memberikan pujian bila kita melakukan sesuatu yang baik dan benar.


e. Suara Hati dapat Keliru Dikarenakan:


1) Suara hati tidak pernah dihiraukan: Karena alasan tertentu perbuatan itu tetap dilakukan meskipun Suara hati itu telah menunjukkan bahwa perbuatan itu buruk. 


2) Pengaruh emosi seperti malu, takut, marah, dan sebagainya sehingga seseorang tidak lagi melakukan pertimbangan baik buruk dalam bertindak.


3) Kurangnya pendidikan nilai dalam keluarga. Suara hati bisa saja keliru oleh karena pendidikan nilai semisal kejujuran, pengampunan, peduli, dan lain-lain belum tertanam dalam diri seseorang.


4) Pengaruh lingkungan dan 


5. Pengaruh pandangan dalam masyarakat.


2. Mendalami Kitab Suci dan Ajaran Gereja Berkaitan dengan Suara Hati.


Perikop Kitab Suci (KS) Roma sangat berkaitan dengan suara hati.


Roma 2:14–16


Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.

Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.

Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.


2. Kutipan Dokumen Konsili Vatikan II Gaudium et Spes dan Katekismus Gereja Katolik berikut ini!


Baca: Menjadi "Pahlawan" Kreativitas Literasi Siswa


Gaudium et Spes, art. 16


Di lubuk hati nuraninya, manusia menemukan hukum, yang tidak diterimanya dari dirinya sendiri, melainkan harus ditaati. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggemakan dalam lubuk hatinya: jalankan ini, elakkan itu. Sebab dalam hatinya, manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum itu, dan menurut hukum itu pula ia akan diadili.


Suara hati ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar suci; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang pesan-Nya menggema dalam hatinya. Berkat hati nurani dikenallah secara ajaib hukum, yang dilaksanakan dalam cinta kasih terhadap Allah dan terhadap sesama. Atas kesetiaan terhadap hati nurani, umat Kristiani bergabung dengan sesama lainnya untuk mencari kebenaran, dan untuk dalam kebenaran itu memecahkan sekian banyak persoalan moral, yang timbul baik dalam hidup perorangan maupun dalam kehidupan kemasyarakatan.”


Katekismus Gereja Katolik


1778 Hati nurani adalah keputusan akal budi, di mana manusia mengerti apakah satu perbuatan konkret yang ia rencanakan, sedang laksanakan, atau sudah laksanakan, baik atau buruk secara moral. Dalam segala sesuatu yang ia katakana atau lakukan, manusia berkewajiban mengikuti dengan seksama apa yang ia tahu, bahwa itu benar dan tepat. Oleh keputusan hati nurani manusia mendengar dan mengenal penetapan hukum ilahi.


1779 Supaya dapat mendengarkan dan mengikuti suara hati nurani, orang harus mengenal hatinya sendiri. Upaya mencari kehidupan batin menjadi lebih penting lagi, karena kehidupan sering kali mengalihkan perhatian kita dari setiap pertimbangan, dari pemeriksaan diri atau dari introspeksi.


Menurut St. Paulus, dalam diri manusia ada dua hukum yang saling bertentangan yakni hukum Allah dan hukum dosa. Hukum Allah berbuah pada kebaikan, sedangkan hukum dosa menuju pada kejahatan.


St. Paulus menyadari pergulatan manusia; ada pergulatan antara yang baik dan yang jahat dalam hati manusia (lihat Roma 7:13–26).


Namun manusia seperti yang terungkap dalam GS art. 16, tidak boleh tunduk dan mengalah pada situasi yang dapat mengganggu suara hati. Kita memohon bantuan Roh Kudus untuk mengalahkan kekuatan dasyat yang menguasai suara hati kita. Paulus menyebut itu yakni kuasa/keinginan daging. 


Arti Suara Hati


Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1778 mengungkapkan pengertian tentang suara hati. Bahwa suara hati merupakan keputusan akal budi, di mana manusia mengerti apakah satu perbuatan konkret yang ia rencanakan, sedang laksanakan, atau sudah laksanakan, baik atau buruk secara moral.” Suara hati  diartikan hukum yang diberikan oleh Allah dalam hati manusia.


Cara Membina Suara Hati


1) Mengikuti suara hati dalam segala hal


a) Seseorang yang selalu berbuat sesuai dengan hati nuraninya, hati nurani akan semakin terang dan berwibawa.

b) Seseorang yang selalu mengikuti dorongan suara hati, keyakinannya akan menjadi sehat dan kuat. Dipercayai orang lain, karena memiliki hati yang murni dan mesra dengan Allah. “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena mereka akan memandang Allah.” (Matius 5:8).


2) Mencari keterangan pada sumber yang baik

a) Dengan membaca: Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan buku-buku lain yang bermutu.

b) Dengan bertanya kepada orang yang punya pengetahuan/ pengalaman dan dapat dipercaya

c) Ikut dalam kegiatan rohani, misalnya rekoleksi, retret, dan sebagainya.

d) Koreksi diri atau introspeksi

e) Koreksi atas diri sangat penting untuk dapat selalu mengarahkan hidup kita.


3) Menjaga kemurnian hati

a) Menjaga kemurnian hati terwujud dengan melepaskan emosi dan nafsu, serta tanpa pamrih, yang nampak dalam tiga hal:

i) Maksud yang lurus (recta intentio): ia konsisten dengan apa yang direncanakan, tanpa dibelokkan ke kiri atau ke kanan.

ii) Pengaturan emosi (ordinario affectum): ia tidak menentukan keputusan secara emosional.

iii) Pemurnian hati (purification cordis): tidak ada kepentingan pribadi atau maksud-maksud tertentu di balik keputusan yang diambil.

b) Hal ini dapat dilatih dengan penelitian batin, seperti merefleksikan rangkaian kata dan tindakan sepanjang hari itu, berdoa sebelum melakukan aktivitas, dan lain-lain.


Ayat untuk Direnungkan:


“Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela”. (Rom. 2:17).


Suara hati merupakan tempat Allah menyuarakan apa yang perlu dilakukan atau apa yang tidak perlu dilakukan. Suara hati harus ditaati. Sebab mentaati suara hati berarti mentaati Allah sendiri. Ketaatan itu perlu dilatih secara terus menerus. Latihan ketaatan dimulai dari hal-hal kecil. 


Baca: SMK Stella Maris Bebas "Perundungan"


Refleksi atas Surat Paulus Kepada Jemaat di Galatia 5:16⎯26


Hidup Menurut Daging atau Roh”


Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.

Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging−karena keduanya bertentangan− sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.

Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.

Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,

penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,

kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu−seperti yang telah kubuat dahulu−bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,

kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,

dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.


Mazmur 64:1⎯11, berikut:


Hukum Allah kepada Orang yang Fasik

Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud.

Ya Allah, dengarlah suaraku pada waktu aku mengaduh, jagalah nyawaku terhadap musuh yang dahsyat.

Sembunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat, terhadap kerusuhan orang-orang yang melakukan kejahatan,

yang menajamkan lidahnya seperti pedang, yang membidikkan kata yang pahit seperti panah,

untuk menembak orang yang tulus hati dari tempat yang tersembunyi; sekonyong-konyong mereka menembak dia dengan tidak takut-takut.

Mereka berpegang teguh pada maksud yang jahat, mereka membicarakan hendak memasang perangkap dengan sembunyi; kata mereka: “Siapa yang melihatnya?”

Mereka merancang kecurangan-kecurangan: “Kami sudah siap, rancangan sudah rampung.” Alangkah dalamnya batin dan hati orang!

Tetapi Allah menembak mereka dengan panah; sekonyong-konyong mereka terluka.

Ia membuat mereka tergelincir karena lidah mereka; setiap orang yang melihat mereka menggeleng kepala.

Maka semua orang takut dan memberitakan perbuatan Allah, dan mengakui pekerjaan-Nya.

Orang benar akan bersukacita karena TUHAN dan berlindung pada-Nya; semua orang yang jujur akan bermegah.

Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus,

Seperti pada permulaan, sekarang dan sepanjang segala abad.



Oleh: *Nasarius Fidin (Guru SMKN 1 Satarmese)

           * Magdalena Datmawati (Guru SMP Negeri 8 Satarmese)

           * Anisetus Oktavanus Talung (Guru SMK Negeri 1 Satarmese)



Keterangan: 

Tulisan ini merupakan ringkasan atau rangkuman dari buku mata pelajaran Agama Katolik SMA/SMK kelas X kurikulum 13 dan kurikulum merdeka. Selain sumber utama, sumber pendukungnya diambil dari google.



Untuk poin 2 dan 3, penulis juga akan posting di media ini. 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Manusia Sebagai Mahluk Otonom: (1) Suara Hati

Trending Now

Iklan