Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

4 Hal Penting Yang Perlu Diketahui Terkait Manusia Sebagai Makhluk Pribadi

Friday, August 12, 2022 | 20:01 WIB Last Updated 2023-11-14T06:42:59Z
4 Hal Penting Yang Perlu Diketahui Terkait Manusia Sebagai Makhluk Pribadi
4 Hal Penting Yang Perlu Diketahui Terkait Manusia Sebagai Makhluk Pribadi (ilustrasi:google)








Pada dasarnya manusia merupakan mahluk pribadi. Untuk memahami konsep ini, ada 4 poin penting yang wajib diketahui yakni manusia sebagai pribadi yang unik, mengembangkan karunia Allah, kesetaraan laki-laki dan perempuan, dan keluhuran manusia sebagai citra Allah. 


Beberapa poin ini bermaksud agar kita semakin mengenal dan memahami keunikan diri, subjektivitas, karunia Allah dan keluhuran manusia sebagai ciptaan yang sesuai dengan gambar Allah.


Baca: Agar Tidak Mengidap "Rabun Membaca dan Lumpuh Menulis"


1. Manusia Sebagai Pribadi yang unik


Pada hakikatnya, manusia itu unik; tiada seorang pun mempunyai kesamaan, meskipun mereka itu kembaran. Keduanya pasti mempunyai perbedaan. 


Keunikan itu bisa diamati dan diketahui dari segi fisik, psikis, bakat/kemampuan serta pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Keunikan diri dimaknai sebagai anugerah yang merupakan buah kreativitas Allah. 


Allah menciptakan manusia itu unik, indah, istimewah, dan sesuai dengan gambar diriNya. Keunikan, keindahan, keistimewahan dan keagungan manusia itu hendaklah disadari, dihargai dan dijadikan landasan dalam memahami keberadaan dirinya sendiri dan juga sesama.


Kitab Suci Kejadian sangat indah dalam melukiskan gambaran manusia yakni: 

  1. Waktu menciptakan manusia, Allah merencanakan dan menciptakannya menurut gambar dan rupa-Nya. Menurut citra-Nya. (Kej. 1:26).
  2. Waktu menciptakan manusia, Allah seolah-olah perlu “bekerja” secara khusus. “Tuhan Allah membentuk manusia dari debu dan tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya” (Kej. 2:7).


Keunikan diri menjadi suatu keutamaan dalam diri manusia yang harus disyukuri. Itu adalah anugerah Tuhan. Setiap pribadi semestinya bangga atas keberadaannya dan bersikap positif dalam menerima keunikan dirinya.


Kita mesti menyadari Allah sebagai sumber sejati dalam keunikan setiap pribadi manusia. Allah menciptakan manusia secara khusus dan ajaib yang merupakan “karya seni atau masterpiece” dari Allah sendiri yang luar biasa. Sehingga manusia itu sungguh luar biasa indah. 


Sebagai orang beriman kristiani, Yesus adalah sang inspirator yang paling nyata memberikan teladan agar kita semakin memahami, menerima, bangga, dan percaya diri dalam menjalani roda kehidupan ini.


Pertanyaan reflektif: 


  1. Apa arti manusia itu unik?
  2. Jelaskan kekhasan/keunikan manusia menurut Kitab Suci!
  3. Bagaimana pengalaman hidup anda berkaitan dengan keunikan diri dan orang Lain
  4. Mengapa manusia diciptakan secara berbeda antara satu dengan yang lain? Apa yang membedakannya? 
  5. Bagaimana sikap anda terhadap perbedaan itu?
  6. Buatlah sebuah simbol/gambar diri atau puisi atau opini atau cerpen atau pantun yang mengungkapkan penghayatan keunikan diri.
  7. Tulislah doa yang bertemakan keunikan diri


2. Mengembangkan Karunia Allah


Dalam kehidupan setiap hari terkadang orang muda tidak menyadari  kemampuan-kemampuan, potensi dan bakat dalam diri mereka. Mereka juga belum mampu menerima segala kekuarangan dan keterbatasannya. Pertanyaannya, mengapa terjadi demikian?


Baca: "Diskusi" sebagai Metode Pembelajaran


Barangkali alasannya tidak terlepas dari faktor latarbelakang keluarga, lingkungan, pendidikan dan sebagainya sehingga mereka mengalami kesulitan dalam pengembangan diri secara maksimal.


Setiap manusia itu unik. Kita dianugerahi pelbagai kelebihan, kemampuan dan potensi yang berbeda-beda.


Sebagai umat beriman, kita bersyukur kepada Tuhan dengan cara mengembangkan semua karunia yang Tuhan berikan kepada kita. 


Keunggulan diri terkait dengan kemampuan, bakat dan potensi, hendaklah tidak membuat orang merasa lebih hebat atau memunculkan sikap arogansi dan egois.


Demikian juga keterbatasan dan kekurangan tidak membuat orang menjadi rendah diri, minder, bahkan merasa diri tidak berguna.


Setiap orang mesti sadar bahwa kamu telah dianugerahi pelbagai kelebihan, kemampuan, bakat, dan potensi. Dan kamu wajib mengembangkan karunia Allah sebagai bentuk sikap tanggungjawab dan syukur kepadaNya. Ini merupakan panggilan kita sebagai umat beriman.


Terkait hal ini, Yesus memberikan perempuan tentang talenta yang terdapat dalam Matius 25:14–30. Dalam perikop tersebut, tuannya memberikan tindakan tegas kepada hamba yang tidak mau mengembangkan talenta dan menyembunyikannya ke dalam tanah. Tentunya, tuannya tersebut merasa sedih, kecewa dan marah dengan sikap hamba yang ketiga. 


Baca: Guru: Teladan dalam Kebiasaan Menulis


Kita sudah dianugerahi karunia oleh Allah untuk dikembangkan secara maksimal agar kita mampu berbagi inspirasi, atau mewartakan kebaikan, kebenaran dan keindahan kepada sesama di sekitar kita. 

Pertanyaan: 


  1. Bacalah teks kitab Suci Matius 25:14–30 dengan sungguh-sunggu. Apakah isi teks tersebut. Bagaimana pesan perikop tersebut.
  2. Tulislah semua kekuatan dan keterbatasan dalam dirimu terkait aspek fisik/jasmani, bakat/kemampuan,  materi/ekonomi dan sifat-sifat.
  3. Bagaimana cara kamu mengembangkan karunia Allah
  4. Apa tujuan kamu mengembangkan kemampuan, bakat, dan potensi dalam dirimu
  5. Sikap apa saja yang perlu dikembangkan dalam menghadapi kemampuan dan keterbatasan yang kamu miliki?
  6. Buatlah tulisan berupa opini, puisi, cerpen, pantun atau doa terkait mengembangkan karunia Allah.


3. Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan


Pada umumnya, Indonesia menganut budaya patriarki yang begitu kental. Laki-laki menjadi yamg pertama dan terutama sedangkan perempuan dinomorduakan. Laki-laki diprioritaskan sehingga pola hidup termalkan dalam kehidupan kedua jenis kelamin sehingga masalah diskriminasi terhadap perempuan seringkali ditemukan dalam masyarakat.


Kesetaraan gender dipahami sebagai kondisi di mana laki-laki dan perempuan mengembangkan kemampuan personal yang dapat membuat pilihan-pilihan atau keputusan tanpa dibatasi oleh stereotype dan peran gender yang kaku.


Manusia laki-laki dan perempuan berbeda secara fisik, tetapi keduanya memiliki hak, tanggung jawab, peran dan kesempatan sama dalam kehidupan sosial, dunia kerja dan sebagainya. 


Manusia baik laki-laki maupun perempuan memiliki martabat yang sama sebagai mahluk atau manusia ciptaan Tuhan yang serupa denganNya. 


Oleh karena itu, laki-laki dan perempuan menyadari kekhasan dirinya serta kesamaan martabat dan derajat di hadapan Tuhan.


Laki-laki dan perempuan juga memahami anugerah Tuhan lebih khusus dalam hal kesempatan yang sama untuk melibatkan diri dalam karya-Nya yang Agung.


Manusia dipanggil untuk mewartakan karya keselamatan atau membawa kabar sukacita bagi sesama, membangun persekutuan, cintakasih, dan tatanan dunia yang adil, makmur dan sejahtera.


Dalam Kitab Kejadian, manusia laki-laki dan perempuan diciptakan untuk saling melengkapi dan menyempurnakan satu dengan yang lainnya, seperti yang terungkap dalam Kejadian 2: 18, "Tidaklah baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan seorang penolong baginya, yang sepadan dengan dia”. Dalam konteks itu, pria dan wanita sesungguhnya memiliki relasi-komunikasi yang suci dan sepadan.


Demikian hal yang sama diungkapkan dalam katekismus Gereja Katolik artikel 372 yang mengatakan bahwa pria dan wanita diciptakan “satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi “penolong” satu untuk yang lain, karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi (“tulang dari tulangku”), sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya. 


Dalam perkawinan Allah mempersatukan mereka sedemikian erat, sehingga mereka “menjadi satu daging” (Kej. 2:24) dan dapat meneruskan kehidupan manusia: “Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi” (Kej. 1:28). Dengan demikian, suami dan istri bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara yang sungguh luar biasa.


Kesetaraan gender menjadi kunci yang dapat memberikan kesempatan kepada pria dan wanita untuk mengambil keputusan secara mandiri, menentukan keinginannya dan menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin dalam berbagai segi kehidupan.


Sebab setiap manusia laki-laki dan perempuan dilahirkan dengan memiliki hak dan martabat yang sama.


Mereka dipanggil untuk saling mengasihi, mengambil bagian dalam penyelenggaraan ilahi, serta bertanggungjawab terhadap keselamatan sesama, alam, dan dunia di sekitarnya. 


Pertanyaan Reflektif:


  1. Bagaimana persoalan perendahan martabat perempuan yang sering terjadi dalam lingkup masyarakat?
  2. Mengapa persoalan diskriminasi sering terjadi di tengah kemajuan tehnologi ini?
  3. Jelaskan maksud dari kesetaraan gender!
  4. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk untuk mewujudkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam hidup sehari-hari?
  5. Bagaimana pandangan Kitab Suci dan ajaran Gereja tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan?
  6. Bagaimana anda menjelaskan pentingnya kesetaraan gender dalam masyarakat, dan sikap apa yang dapat kita lakukan untuk mendukung gerakan tersebut, dan lain-lain.
  7. Buatlah tulisan berupa opini, puisi, pantun, cerpen berkaitan dengan kesetaraan laki-laki dan perempuan berdasarkan pengalaman nyata
  8. Buatlah doa untuk mereka yang mengalami korban pelecehan dan perendahan martabat manusia


4. Keluhuran Manusia sebagai Citra Allah


Dalam kehidupan setiap hari, barangkali ada yang seringkali menemukan pengalaman terkait pelanggaran martabat kemanusiaan seperti kekerasan dan tindakan anarkis yang disebabkan sikap fanatik dan diskriminatif ras, suku, agama, budaya, dan kelompok sosial dan sebagainya.


Hal yang perlu disadari bahwa Allah menciptakan manusia dan menempatkannya secara istimewa di antara semua ciptaan seperti yang terungkap dalam Mazmur 8: 1-10.


Kata-kata pemazmur ini bila direnungkan, sesungguhnya, manusia menampakan nilai-nilai kebijaksanaan hidup dan sifat-sifat mulia sebagai tanda pujian kepada Allah. 


Selain pujian atau syukur, manusia juga mampu memanfaatkan apa yang telah diciptakan dengan penuh tanggung jawab demi kemulian Allah.


Sebagai manusia yang secitra dengan Allah, setiap manusia wajib menghidupi nilai-nilai cintakasih, persaudaraan, kekeluargaan, sukacita dan nilai-nilai rohani lainnya. 


Dalam Kitab Suci, hal itu sudah digambarkan secara nyata yakni soal perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Ia menyelamatkan orang Yahudi yang tengah terkapar dengan cara membawanya kepada orang yang bisa mengobatinya. Orang Samaria itu memperlakukan orang tersebut layaknya saudaranya sendiri. 


Tindakan kasih yang ditunjukan orang Samaria menyadarkan kita untuk saling mengasihi di atas segalanya. Sebab kita dipanggil untuk terlibat dalam mewartakan kabar gembira dan karya keselamatan Allah.


Tindakan kasih dan persaudaraan melampaui segalanya.   Kita semestinya tidak membuat pembedaan dalam setiap perbedaan. Kita tidak perlu membedakan orang berdasarkan agama, suku, ras, atau golongan. Sebab kita semua apapun latar belakangnya, kita adalah sama di hadapan Tuhan yakni sebagai manusia ciptaan yang secitra dengan Allah. 


Kita sama-sama merupakan manusia bermartabat yang memiliki akal budi, rasa, hati dan kehendak, agar kita mampu menemukan kebenaran, menilai kebaikan, memutuskan sesuatu yang dipandang baik dan bijaksana dan memilih kebaikan, kebenaran dan kebijaksanaan itu sebagai landasan hidup.

 

Pertanyaan Reflektif:


  1. Jelaskan tentang manusia sebagai ciptaan yang secitra dengan Allah (Mazmur 8:1⎯10)
  2. Apakah keunggulan manusia dibandingkan dengan ciptaan lainnya
  3. Sejauh mana anda menghayati keberadaan diri sebagai citra Allah
  4. Buatlah tulisan berupa opini, puisi, cerpen atau pantun berkaitan keluhuranku sebagai ciptaan yang sesuai dengan citra Allah?
  5. Buatlah doa terkait keluhuranku sebagai ciptaan yang sesuai dengan citra Allah
  6. Manusia adalah ciptaan Allah yang bermartabat. Apa maksudnya? Manusia disebut sebagai citra Allah. Apa maksudnya?
  7. Kegiatan apa saja yang perlu dilakukan dalam upaya mengembangkan kesederajatan antara perempuan dan laki-laki?
  8. Apa saja yang mencirikan bahwa manusia bermartabat sebagai pribadi berdasarkan KGK 357?


Keterangan:


Sumber artikel ini diambil dari Buku Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang ditulis oleh F. Sulis Bayu Setiawan dan Maman Sutarman dan buku guru PAKBP kelas VII K-13 (Lorensius Atrik Wibawa dan Maman Sutarman) serta sumber-sumber pendukung lainnya diambil dari google.

Tulisan ini juga sudah dipublikasikan lewat youtube Inspirasi Sehari, judulnya tetap sama. Klik LINKnya di sini.



Oleh: *Nasarius Fidin (guru SMK Negeri Satarmese)

           *Magdalena Datmawati (Guru SMP Negeri 8 Satarmese)

           *Anisetus Oktavianus Talung (Guru SMK Negeri 1 Satarmese)


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • 4 Hal Penting Yang Perlu Diketahui Terkait Manusia Sebagai Makhluk Pribadi

Trending Now

Iklan