Gadis Kecil, Wahai Sang Penegak (ilustrasi: google) |
Puisi-puisi sang Penyair dengan nama pena Guidella ini yakni Gadis Kecil dan Wahai Sang Penegak. Dua puisi ini memiliki makna yang sangat dalam bila direfleksikan. Puisi-puisi ini berangkat dari pengalaman nyata sang penyair.
Untuk mengetahui isi puisi di bawah ini, para pembaca diajak untuk membacanya hingga selesai. Selamat membaca.....
Baca: Duka Gadis Desa (Cerpen Severinus M. Deo)
Gadis Kecil
Berparas menawan, anggun, teduh..
Polos terlihat
Lincah gayamu
Membuat setiap insan yang melihat jadi tertegun
Lekukkan kecil di balik kedua pipimu
Mengapa kini takku lihat lagi?
Larian kecil di tanah lapang dibarengi gelak tawa bersama teman sebayamu
Mengapa tak lagi kulihat dan tak kudengar?
Gadis kecil berparas menawan
Apa yang membuatmu kini muram?
Bukankah bermain dan belajar adalah kewajaran bagimu
Baca: Pengembala Sapi Menjadi Pemimpin
Ohh.. kutanya ibumu, dan kutanya ayahmu
Katanya ketamakan pria iblis
Telah merenggut ceriahmu
Gelagat pengecut
Hasratmu kau jadikan luka baginya
Tidakkah resah hatimu?
Mendengar jeritan piluh
Pemilik luka itu
Tidakkah tega hatimu?
Menatap linangan bening berceceran, tumpah.
Menyibakkan luka
Gadis kecil berparas menawan
Sayang sekali diusiamu terbilang belia itu
Kau Harus menelan realita terpelik
Menanggung ego sesat pemilik pemikir dangkal
Gadis kecil berparas menawan
Bukankah sejak dalam kandungan kau punya hak untuk dilindungi, dijaga, dirawat, diperlakukan layak oleh semua insan
Lalu dimanakah hak itu?
Dimanakah perlindungan yang sebenarnya kau dapat?
Ataukah itu hanya bualan semata, tanpa makna, tanpa realita?
Yang adanya hanya pelengkap pada narasi tradisi sang pendahulu
Baca: Sosok si Gadis Berbau Mawar
Wahai Sang Penegak
Yang katanya berpihak pada rakyat
Menganyomi rakyat
Melindunginya
Dimanakah kamu?
Saat-saat piluh mencekik gadis kecil itu, gadis kecil kita
Buah cinta dari negeri ini
Tunas muda harapan ada padanya
Ketika rengekan demi rengekan
Mengapa kau tak hiraukan?
Ataukah hatimu sudah tertutup oleh pecahan merah
Yang kerapkali jadi raja duniawi
Lalu dimanakah nuranimu?
Ataukah kau mau menunggu sampai beribu gadis kita ternoda oleh ketamakan dunia?
Buah dari pengkhianatanmu?
Kutunggu jawabmu
Di persimpangan jalan, menuju kebenaran
Karya Guidella