Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Dapur Baik, Disiplin Baik (Pasukan 'Siap Tempur' di Dapur dalam Acara Syukur Pelantikan Kades Nggorang)

Suara BulirBERNAS
Thursday, December 29, 2022 | 12:01 WIB Last Updated 2023-01-31T09:53:51Z

 

Dapur Baik, Disiplin Baik (Pasukan 'Siap Tempur' di Dapur dalam Acara Syukur Pelantikan Kades Nggorang)
Dapur Baik, Disiplin Baik (Pasukan 'Siap Tempur' di Dapur dalam Acara Syukur Pelantikan Kades Nggorang)


Oleh: Sil Joni*


Harus diakui dengan jujur bahwa yang paling berkorban dan bahkan boleh dibilang 'paling menderita' dalam sebuah hajatan atau pesta adalah para ibu (perempuan). Perjuangan dan pengorbanan mereka begitu tulus dan total agar semua yang tersaji 'di panggung depan', terlihat sempurna. Para ibu berjuang dalam senyap. Mereka lebih senang berpeluh ketimbang mengeluh. Tujuannya adalah wajah tuan pesta 'tidak tercemar' oleh kelalaian dalam meracik menu spesial yang disuguhkan ke para tamu.


Baca: Profesionalisme Guru Di Persimpangan Jalan (Refleksi Peran Guru di Akhir Tahun 2022)


Hal yang sama terpotret dengan jelas dalam aneka persiapan pesta syukur pelantikan Kepala Desa (Kades) Nggorang, Bonefasius Mansur. Tidak berlebihan jika para ibu merupakan aktor kunci dan yang paling sibuk dalam menyukseskan seluruh rangkaian acara itu. Bisa dibayangkan, kira-kira apa yang terjadi jika para ibu itu 'ngambek atau ogah' menjalankan misi pengabdiannya di 'area belakang' itu.


Kita tahu bahwa dapur, meski letaknya di bagian belakang, relatif jauh dari 'panggung utama', tetapi perannya sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah acara. Salah satu indikator keberhasilan sebuah pesta adalah menu masakan yang disuguhkan bercitarasa tinggi dan berkualitas.


Oleh karenanya, dapur selalu berkorelasi dengan disiplin. Ketika aspek kedisiplinan terjaga dengan baik, maka kans meraih kesuksesan dalam menyelenggarakan sebuah acara, semakin terbuka lebar. 


Sampai pada titik ini, sudah semestinya kita mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para ibu yang telah berkontribusi dalam memperhatikan dan menumbuhkan kedisiplinan bagi para lelaki dalam bekerja. 


Terlepas dari cerita 'ketimpangan pelaksanaan peran' antara laki-laki dan perempuan di atas, harus disadari bahwa di mana ada dapur, terutama ketika sedang mengepul, di situ aroma kehidupan begitu terasa. Dapur itu, lebih dari sekadar cooking space. Ia identik dengan 'living space'. Siapa ingin hidup baik, datanglah ke dapur dan olahlah segala yang ada di sana. Dijamin kebutuhan raga tak menemui kendala.


Baca: "Pahlawan" Menurut Milenials


Dapur adalah ruang khusus untuk menyimpan, meracik, mengolah, dan memasak aneka bahan pangan yang dipadu dengan bumbu penyedap rasa. Ketika semuanya tersedia, maka kita 'dituntut' untuk meracik sesuai porsi agar menghasilkan menu santapan yang tidak hanya kaya nutrisi, tetapi enak dan nikmat disantap.


Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa 'tata kehidupan' kita berawal dari dapur. Pepatah Latin, "bona culina bona disciplina" yang berarti dapur baik membuahkan disiplin yang baik, sangat tepat membahasakan perihal signifikansi dari keberadaan dapur itu. Dengan agak bebas, peribahasa itu boleh ditafsir sebagai penanda bahwa  ‘disiplin berawal dari rumah atau keluarga’. 


Itu berarti jika sejak di dalam rumah, seorang anak dibiasakan hidup dalam "dapur yang baik" (berdisiplin), maka  dalam hidup bersama selanjutnya, baik di sekolah maupun di tengah masyarakat, ia tidak akan mengalami banyak kesulitan mewujudkan sikap disiplin. Dapur (keluarga) menjadi tempat pertama "memasak kehidupan anak" agar terlihat enak dan sedap ketika 'disantap' oleh masyarakat yang lebih luas.


Dari sisi etimologi, kata disiplin lebih tepat diasosiasikan dengan murid. Kata disiplin berasal dari Bahasa Latin  "discipulus" yang berarti murid. Tidak heran jika 'disiplin' selalu dihubungkan dengan pola hidup dan kebiasaan para murid di sebuah lembaga pendidikan.


Bahkan, kedisiplinan dipatok sebagai 'ukuran' apakah seseorang itu patut disebut murid atau tidak. Jika seorang murid tidak dapat mewujudkan kedisiplinan hidup, ia tidak layak disebut murid. Paling-paling kita hanya dapat mengatakan, “Ia baru dalam proses menjadi murid.” Saya kira, ada banyak, untuk tidak dibilang semua siswa kita, masuk dalam kategori ini.


Karena itu, adagium Latin di atas, tidak hanya tepat diletakkan dalam konteks rumah atau keluarga melainkan juga sekolah. Sekolah dapat diibaratkan sebagai dapur tempat para murid meracik diri dan memasak sehingga ketika keluar dari sekolah itu, mereka dapat menyajikan diri sebagai pribadi-pribadi yang 'enak' di mata masyarakat.


Baca: "Engkau Tidak Akan Mati"


Seiring perkembangan zaman, dapur sudah mengalami 'transformasi'. Dapur tidak hanya sebagai 'tempat memasak', tetapi juga mencuci dan menyimpan pelbagai peralatan masak dan makan-minum. Karena itu, sangat diharapkan agar 'dapur' dalam kondisi bersih dan rapi. Kebersihan dan kerapian menjadi 'kunci' keberhasilan aktivitas memasak dan menyuguhkan makanan yang sehat dan berkualitas.



*Penulis adalah warga Desa Nggorang. Tinggal di Watu Langkas.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dapur Baik, Disiplin Baik (Pasukan 'Siap Tempur' di Dapur dalam Acara Syukur Pelantikan Kades Nggorang)

Trending Now

Iklan