Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Beristirahatlah dalam Kedamaian Abadi Kakak Saltus Res di Golo Tango

Suara BulirBERNAS
Saturday, February 17, 2024 | 08:14 WIB Last Updated 2024-02-17T01:49:06Z

Oleh: RP. Stefanus Dampur SVD*)


Beristirahatlah dalam Kedamaian Abadi Kakak Saltus Res di Golo Tango
Beristirahatlah dalam Kedamaian Abadi Kakak Saltus Res di Golo Tango




 "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan" 

(Kitab Ayub 1:21).


Kutipan yang diambil dari kitab Ayub ini menyadarkan semua manusia bahwa hidup dan mati kita itu sesungguhnya berada dalam tangann Allah. 

Dialah asal, sumber dan tujuan hidup kita. Dari Tuhan kita berasal dan kepada Tuhan pula kita akan menuju atau pergi, entah kapan dan bagaimanapun serta dalam kondisi apapun.


Kakak Saltus yang Saya Kenal


Sejak saya menikmati masa kecil dulu (40-an tahun lalu), kami sudah berkenalan, saling mengenal. Kami masih berkerabat lumayan dekat. Posisi kami "Anak Rona", mereka adalah "Anak Wina". Itu dalam konteks adat Manggarai Timur. 


Baca: Pertambahan Usia Anak Vain: Wujud Syukur dan Harapan


Mereka berdomisili di kampung Golo Tango atau Tango Molas.

Kampung Golo Tango itu adalah "jalan turun- naik, pergi-pulangnya kami", dari Golo Waso menuju kebun dan sawah Samboleng atau Rana Dengen itu. 

Tentang Samboleng atau Rana Dengen, saya sudah menuliskannya secara khusus di media digital: https://bernasindo.id//.


Beberapa hal yang saya ingat dan rasakan serta alami keutamaan Kakak Saltus, antara lain:


Pertama, Hospitalitas Tinggi.

Beliau begitu ramah menerima tamu. Keramahan itulah yang menjadi "magnet" perekat hubungan yang baik dengan banyak keluarga serta sahabat kenalan "Maram inung wae ces, tamak le cenggo= Biar minum air dingin, yang penting singgah sebentar", ungkapnya dihiasi senyuman begitu bersahabat.


Kedua, Narator dan tukang lucu yang baik. Kakak ipar kami ini bisa "membius tamu" dengan banyak cerita lucunya. Ada-ada saja bahan yang beliau ceritakan. Banyak lelucon yang diselipkan dan terasa "segar".  Kita tidak sadar, begitu banyak waktu yang telah kita isi dalam kebersamaan dengannya.

 Hal inilah yang membuat orang tidak mudah melupakannya. Yang lebih seru lagi ialah ketika beliau mencampuradukkan "bahasa Indonesia dan bahasa daerah" (baca: bahasa Manggarai: "koba"). Nyaris semua cerita atau kisah yang dibawakannya disampaikan dengan mimiking (perwajahan) yang sungguh meyakinkan. 

Kisah yang dinarasikannya seolah-olah "hidup" dan baru saja terjadi, padahal, kenyataannya, nyaris semuanya adalah kisah yang didaur ulang. 

Penyajiannya saja yang diperbaharui. Ini keren bukan main. 


Baca: Menimba Makna Hidup dari Pertarungan Kucing Jantan di Ledalero (Refleksi Lama yang Dikontekstualisasi)


Beliau itu petani. Saya belum dengar bahwa Beliau bersekolah tinggi. Beliau juga tidak pernah belajar ilmu retorika apalagi "Public Speaking". Neka rabo ite= Mohon maaf. Terus terang saya bangga dengan kemampuan "otodidaknya" (belajar sendiri). Inilah yang disebut "Belajar di Universitas Kehidupan" bukan di ruang kuliah kampus.


Ketiga, Pekerja keras dan ulet.

Tanah yang pada kenyataannya "kering", disulapnya menjadi sawah.

Sawah tersebut adalah sawah tadahan hujan. Saya mengetahui dengan pasti hal ini karena kebetulan tempat tersebut berdekatan dengan rumah orang tua kami. Luar biasa kerja kerasmu kakak Saltus.


Informasi Duka-pun Tiba


Pada pagi hari ini, Jumat, 16 Februari 2024, pagi hari, Kakak Saltus Res meninggal dunia. Saat itu daya pulang sarapan pagi.

Seturut informasi yang saya peroleh dari keluarga di kampung, bahwa Kakak Saltus Res sudah secara berulang-ulang sakit, sembuh lagi, lalu sakit lagi. Beliau lebih sering lagi sakit, saat mama kandungnya meninggal. 


Ada kisah kecil tentang Tanta Katarina Ngedas (Ibunda kakak Saltus). Waktu Tanta sakit, saat itu, saya sendiri yang memberikan "Sakramen Orang Sakit dan Viaticum/Bekal Suci" untuk Tanta Katarina Ngedas, sebelum Beliau meninggal. Saya juga memberkati jenazah Beliau. Saya memimpin Misa Requiem serta memakamkannya sesuai ritus Katolik  di Pekuburan umum Wela Bombang.


 Lalu, terkait Kakak Saltus Res, saya hanya memberikan beliau Komuni saat saya misa umat di Kapela stasi dan misa lainnya. Sayapun tidak sempat hadir secara fisik di Golo Tango saat Kakak Saltus meninggal. Saya akan mempersembahkan Misa Arwah untukmu dari jauh, dari Flores Timur. 


Kesaksian Kakak Aloysius Subi tentang Kakak Saltus Res


Melalui pesan WhatsApp, saya meminta dengan penuh kerendahan hati agar Kakak Aloysius Subi (Kepala SD Marangkolong/Golo Tango, sekaligus Ketua Dewan Stasi Marangkolong juga Ketua Pelaksana DPP PAROKI SANTA THERESIA DARI KANAK-KANAK YESUS LENGKO AJANG KEUSKUPAN RUTENG) memberikan semacam "kesaksian" atau testimoni untuk almarhum Kakak Saltus Res.


Lalu, Kakak Guru Alo Subi membalas pesan WhatsApp saya:


"Selamat pagi Pater. Keutamaan dari almarhum, antara lain:

Pertama, kakak Saltus adalah pribadi yang sederhana dalam kesehariannya. 

Kedua, Beliau adalah Seorang pekerja keras. Hal ini dibuktikannya dengan peninggalan sawah yang telah tuntas dibuka oleh almarhum. Ketiga, dalam kehidupan menggereja, beliau dipercayakan sebagai Ketua KBG di lingkungannya hingga beliau meninggal. 

Keempat, Beliau adalah seorang yang taat beragama.

Kelima, dalam kehidupan sosial Kakak SAL dikenal amat familiar dengan melaju (bahasa Indonesia, -pen) 'koba'nya (yang campur-aduk dengan bahasa daerah,-pen). Demikian sedikit tentang almarhum tercinta".


Baca: Daya Magis Musik


Testimoni atau kesaksian dari Kakak Guru Alo Subi ini sungguh faktual, realistis dan "apa adanya". Maklumlah, mereka hidup di dalam "satu kampung".

Lebih dari itu, mereka masih ada pertalian keluarga juga. 


Dari segi garis komando kerja mereka masih "dalam garis komando" yang sama. Kakak Guru Alo Subi sebagai Ketua Stasi dan Kakak Saltus Res sebagai Ketua KBG (Komunitas Basis Gerejawi). Tentu, mereka bisa membuat pertemuan rutin mingguan, usai misa atau ibadah.


Terima kasih kepada Kakak Guru Alo Subi yang telah memberikan kesaksiannya tentang Kakak Saltus Res. 


Selamat Jalan ke Surga Kakak Saltus Res


Kutipan perikop Kitab Suci di awal tadi: "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan" (Kitab Ayub 1:21) juga menjadi pesan pamungkas. Tuhan telah "memberikan" kepada keluarga Kakak Saltus Res dan Tuhan pulalah yang "mengambil" Kakak Saltus Res dari muka bumi ini, dari tengah keluarganya, sahabat kenalan, dan semua saja yang mengenalnya. 


Selamat jalan menuju ke Surga abadi, untukmu yang terkasih Bapak, Kakak, Saudara Saltus Res. Semoga Tuhan menyelamatkanmu. Dia mengampuni pelbagai dosamu sebagai manusia lemah dan memperkenankanmu boleh bersekutu dengan Engkau dan segenap orang kudus dalam Kerajaan Surgawi. RIP.




*) Penulis adalah Imam SVD  yang bekerja di Keuskupan Larantuka dan masih berkerabat dengan almarhum Kakak Saltus Res, yang meninggal pagi ini, Jumat Puasa, 16 Februari 2024. Salam duka mendalam untuk semua keluarga. Saya mendoakan Kakak Saltus dari jauh, Flores Timur.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Beristirahatlah dalam Kedamaian Abadi Kakak Saltus Res di Golo Tango

Trending Now

Iklan