Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Menulis: Mengabadikan Kenangan dan Menimba Makna Serta Nilai Mulia Untuk Keberlanjutan Kehidupan

Suara BulirBERNAS
Monday, February 19, 2024 | 14:45 WIB Last Updated 2024-02-19T10:48:55Z

Oleh: RP. Stefanus Dampur SVD*)


Mengabdikan Kenangan dan Menimba Makna Serta Nilai Mulia Untuk Keberlanjutan Kehidupan
Mengabdikan Kenangan dan Menimba Makna Serta Nilai Mulia Untuk Keberlanjutan Kehidupan (foto ist.)




Pengantar Singkat "Absen" Menulis


Saya sudah "libur menulis" sejak bekerja di Kantor Ekonom/Keuangan Provinsi SVD Ende-Flores (2009-2010) dan di beberapa Paroki di Keuskupan Agung Ende-Flores-NTT (sekitar tahun 2010-2017). 

Bagaimana saya bisa menulis? Urusan tugas rutin "menyita banyak waktu". Urusan menghitung uang yang masuk, uang yang keluar. Urusan di Bank dan mitra kerja. Urusan tagih-menagih, dll. 

Saat bekerja di Paroki, sejak jam 5 pagi sudah urus misa, sarapan, urusan kantor, urusan konsultasi, urusan "tetekh- bengekpun mesti melibatkan Pastor". Ini Flores, Bos! Pastor sentris masih terasa dan kental di sini. Sehebat apapun kita membagikan kewenangan, tugas pokok dan fungsi, "job description" (pembagian tugas), ujung-ujungnya kembali lagi  ke Pastor untuk memutuskan secara final, sah dan mengikat. Hahahahaha.... 

Pastor tidak menghendaki terjadi begitu tapi kenyataan "taken for granted" (baca: kenyataan terberi) seperti itu membuat Pastor menjadi "Orang Super Sibuk" separokinya, dari pagi hingga malam. Benaran. 


Baca: Beristirahatlah dalam Kedamaian Abadi Kakak Saltus Res di Golo Tango


Mau saya bahas secara singkat?

Tugas seorang Pastor (terutama Pastor Paroki dan Pastor yang "diberikan delegasi meluas oleh Pastor Paroki, macam saya ini. Maaf, ini pengalaman saya sebelum menjadi Pastor Paroki"). 

Tugasnya begitu banyak, antara lain: mengurus teritori (kewilayahan), Kategorial (segala bentuk kategori manusia: asal-usul, sosial, budaya, pekerjaan, usia dan semua kategorinya), mengurus Pastoral, mengurus Sakramen yang sesuai kewenangannya. Pastor juga mengurus aset bergerak dan tak bergerak. Bahkan urusan ibu hamilpun, Pastor urus. Contoh: "Pastor, minta tolong berkati ade yang masih dalam perut". 

Di sisi lain, waktu umat meninggal, kami diminta: "Pastor, tolong memberkati jenazah almarhum, almarhumah...".

Jadi, urusan mana yang tidak melibatkan Pastor? Saya mengalami bahwa dari perut ibu sampai perut bumi, umat Katolik tidak akan bisa luput untuk "berurusan" dengan Pastornya. Ini Flores, Bos. Oeeeeeehhh Flores. 

Intinya, saya kesulitan untuk fokus menulis. 


Syukur "Masuk ke Komunitas" Ledalero: Saya Bisa Menulis Lagi


Sekitar tahun 2017, Pimpinan meminta saya untuk pindah ke Ledalero. Ada tugas baru. Saya diminta masuk dalam Tim Ad Hoc menuliskan sejarah Provinsi SVD Ende yang berusia sudah lebih dari 100 tahun itu. 

Kami bekerja dalam tim sehingga tidak bisa menentukan sendiri apa yang mesti dikerjakan. Kita membagikan tugas lalu menuliskan sejarah tersebut. 


Baca: Pertambahan Usia Anak Vain: Wujud Syukur dan Harapan



Semua bahan tulisan sudah dikirimkan kepada Pimpinan untuk diproses lebih lanjut. Hak memutuskan untuk menerbitkan dan semua prosesnya juga berada di tangan Pimpinan. 


Di sela-sela kesibukan menuliskan sejarah Provinsi SVD Ende, sayapun coba-coba menulis buku pribadi. Ternyata berhasil juga dicetak dan diterbitkan pada tahun 2019 lalu. Judulnya: Jejak-Jejak Jiwa Bijak (J3B). Pengerjannya begitu lancar. Apalagi, saya ditolong oleh orang-orang sekaliber Calon Doktor Pater Juan Orong, SVD dan Pater Fredy Sebho, SVD itu. Mereka masing-masing sebagai penulis "Prolog" (P. Juan Orong, SVD)dan "Epilog" (Pater Fredy Sebho, SVD). Merekalah yang "memberikan bobot tinggi" dan "menerbangkan" buku saya ke atas langit yang tinggi. Ini benar. Bayangkan saja bukan dengan ratusan oplah tersebut hanya "butuh waktu" kurang dari dua bulan, habis terjual. Uang hasil jual buku itulah yang saya pergunakan untuk merayakan "Syukuran 10 Tahun Imamat" yang heboh tahun 2019 sebelum COVID itu. Untun informasi tentang hal ini, boleh pembaca membacanya di google. Cek saja sendiri ya. 


Paguyuban Fratres SVD Ledalero Asal Manggarai Raya Mendukung Saya


Sekitar enam (6) tahun saya berada di Ledalero (2017- Oktober 2023). Selain tugas pokok yang diberikan kepada saya, saya juga diminta mendampingi para frater, membantu mengoreksi skripsi, tesis, mendengarkan konsultasi para frater, menjadi Pastor Moderator untuk ratusan fratres SVD Ledalero Asal Manggarai Raya. Saya diminta untuk melayani beberapa biara. Membantu untuk misa di beberapa paroki seputaran Maumere, seperti Wairpelit, Nita, Koting, Nelle, Habi, Bolawolon, Katedral, Thomas Morus, Waioti, dan lain-lain. Saya juga menjadi Pastor Moderator untuk Kelompok "AC MILAND", Tim Moderator untuk Kelompok Doa Sant'Egidio, Tim Pastor Moderator untuk Kelompok Tani Kolisia-Maumere Utara, Pastor Rohani untuk SMKN 2 Maumete di Patisomba, Penasihat Rohani KSP KOPDIT OBOR MAS MAUMERE, dll. 

Saya menikmati pekerjaan pokok dan pendukung tersebut dengan sepenuh hati dan jiwa-raga saya. Dengan itu semoga nama Tuhan dimuliakan dan kebahagiaan sesama bisa terwujud.


Baca: Menimba Makna Hidup dari Pertarungan Kucing Jantan di Ledalero (Refleksi Lama yang Dikontekstualisasi)


Dukungan para Fratres SVD Ledalero Asal Manggarai Raya terbukti dengan penulisan Buletin kebanggaan mereka: LAAT NATAS". Buletin itu diterbitkan setiap tahun, kecuali tahun 2020-2021 karena "Pandemi COVID-19" yang jahat itu. Sayapun menjadi salah satu "korban" dari COVID-19 yang problematis dan jahat itu. Kalau saya ingat kembali...huuuuffffttt.

Tensi langsung tinggi. Bagaimana saya menerima "tembakan laser" di dahi bisa 6 kali dalam sehari.  Topik ini bisa saya bedah pada kesempatan lain.


Saya "Diutus" ke Paroki Hokeng


Pendekatan kepada Saya oleh Pembesar sudah dilakukan bulan April 2023 (Pimpinan Lama) dan pada Agustus tahun 2023 oleh Pimpinan Baru. Saya taati saja. Ada kaulnya toh.  "Paroki SVD adalah dunia, bukan?". Ke mana saja diutus oleh Tarekat lewat Pimpinan, siap terima. 


Lalu, saya ke Paroki Hokeng diantar oleh beberapa konfrater. Pada tulisan lain saya sebutkan nama mereka. Saya tiba di Hokeng pada: 10-10-2023. Saat saya menuliskan ini tanggal 17 Februari 2024. Artinya: saya berada, hidup dan berkarya di Paroki Hokeng ini nyaris 4 (empat) bulan.


Bencana Erupsi dan Letusan Gunung Berapi Lewotobi: juga sebagai berkat  karena menghidupkan kembali  "Semangat Saya untuk Menulis"


Betapa tidak!

Sejak tanggal 7 Januari 2024 hingga 17 Februari 2024, saat saya menuliskan tulisan ini, saya berhasil menulis lebih dari 30 tulisan. Pembaca yang berminat membuktikannya boleh melihat di google. 

Boleh cek di link: bernasindo. Itu media online "yang begitu tinggi kepercayaannya kepada saya". Pemiliknyalah yang meminta izin kepada saya agar "memuat semua tulisan saya" di media tersebut. Atas kepercayaan yang begitu besar, maka hampir setiap hari, satu atau dua tulisan saya "pasti" dipublikasikan.


Pernah saya bertanya kepada diri saya sendiri: "Saat bencana begini, apa kiranya hal positif yang bisa saya lakukan?". 

Langsung dijawab oleh diri saya sendiri: "MENULIS". 

Menulis itu mengabadikan kenangan dan menimba makna serta nilai mulia untuk keberlanjutan hidup". Saya lebih bersemangat lagi. Saat bencana tidak boleh hanya pasrah, apalagi membiarkan stress, depresi dan hal jelek lain merasuki diri.

 Saya memilih "positive vibes= hanya mengizinkan hal baik boleh masuk ke dalam diri. Yang lain, yang jelek, harus saya buang jauh. Jangan izinkan hal jelek (juga manusia "racun" dan  orang bersifat jelek) memasuki  tubuh dan jiwa. Saat saya mengalami sakit "nyaris bisul di seluruh tubuhpun" ternyata saya masih bisa menulis.

 Syukur kepada Tuhan yang tetap melindungi saya. Terima kasih kepada sesama yang men-support. Terima kasih juga kepada diri sendiri yang bermental baja dan beraura positif. Juga memunyai mental bertahan, meskipun mendapat "serangan" bertubi-tubi dari segala lini.



 Verba Volant, Scripta Manent (Yang Lisan Akan Sirna/Hilang, Yang Tertulis Akan Bertahan)


Ini peribahasa Latin. Maknanya bisa demikian: "Kata-kata lisan itu terbang atau hilang tetapi tulisan akan bertahan atau menetap". 


Peribahasa ini mau mengingatkan kita semua bahwasanya, kata-kata lisan dapat dilupakan dengan mudah oleh siapapun yang mendengarkan perkataan kita, tetapi "tulisan-tulisan akan tetap hidup" meskipun penulisnya "sudah mati". 


Tulisan saya ini tetap dibaca oleh banyak orang, terutama mereka yang mengenal saya atau bahkan yang menjadi pengagum tersembuyi atau rahasia terkait tulisan-tulisan saya. Itupun jika ada. Jika tak ada, yah, tidak masalah juga. Mana mungkin ada hak saya untuk memaksakan seseorang mengagumi apa yang saya tulis. Cieeehhhh...


Komitmen


Saya tidak akan berhenti lagi untuk menulis. Layar semangat menulis saya sudah terkembang dan saya akan berhenti menulis jika "Sang Empunya Kehidupan menarik krmbali nafas kehidupan yang dianugerahkan-Nya kepada saya. 

Saya sudah sangat yakin bahwasanya menulis itu "Mengabadikan kenangan, menimba makna dan nilai mulia dalam setiap pengalaman dan peristiwa kehidupan. Pengalaman adalah guru terbaik. Dialah penunjuk atau pedoman arah untuk kehidupan selanjutnya".

**


*) Penulis adalah Imam-Religius-Misionaris SVD (Societas Verbi Divini= Serikat Sabda Allah), yang berkarya di Paroki Hokeng-Keuskupan Larantuka, dekat lokasinya dengan Gunung Berapi Lewotobi yang meletus dan membawa bencana untuk banyak orang (sejak 31 Desember 2023 hingga kini, 17/2/24, entah sampai kapan?) tetapi  menjadi "berkat bagi saya" karena "dialah yang memacu saya untuk rajin menulis" lagi. 

Terima kasih "Lewotobi"

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menulis: Mengabadikan Kenangan dan Menimba Makna Serta Nilai Mulia Untuk Keberlanjutan Kehidupan

Trending Now

Iklan