Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Nasdem Mabar dan Feminisasi Politik

Suara BulirBERNAS
Saturday, May 18, 2024 | 09:47 WIB Last Updated 2024-05-18T03:11:07Z

Oleh: Sil Joni*


Nasdem Mabar dan Feminisasi Politik
Nasdem Mabar dan Feminisasi Politik



Partai Nasional Demokrat (Nasdem) tingkat Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) telah 'menorehkan prestasi politik fenomenal' dalam kontestasi politik edisi 14 Februari 2024 yang lalu. Betapa tidak. Nasdem berhasil menjadi 'kampium' dalam perhelatan politik itu dengan meraih 7 kursi di DPRD. Perolehan kursi itu naik secara signifikan jika dibandingkan pada periode kontestasi sebelumnya pada tahun 2019. Kala itu, Nasdem memang tampil sebagai 'pemenang' tetapi hanya meraih 5 kursi.


Baca: Setelah 21 Tahun, Mabar Tetap 'Berwajah Paradoks'


Yang paling membanggakan adalah dua dari 7 calon legislatif (caleg) yang meraih kursi itu adalah perempuan. Dua srikandi itu adalah Yopi Widyanti dari daerah pemilihan (Dapil 3) dan Dewi Subino dari Dapil 1. Keduanya berhasil 'menyingkirkan' para petarung lainnya yang didominasi oleh kaum maskulin.


Kisah manis Nasdem Mabar tidak hanya berhenti pada soal perolehan kursi. Lagi-lagi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Mabar  yang sebelumnya digawangi oleh Edistasius Endi (Bupati Mabar), menggebrak panggung politik lokal melalui sebuah 'kebijakan politik yang progresif dan revolusioner'.


Melalui sebuah pertemuan politik yang alot, DPD Nasdem Mabar secara meyakinkan coba 'menyuntikan' amunisi yang lebih segar dalam struktur kepengurusan partai di level DPD itu. Proyek restrukturisasi itu sukses ditetaskan di mana Yopi Widyanti terpilih sebagai ketua DPD.  


Baca: Di Ambang "Satu Putaran"


Sekretaris partai dipercayakan kepada srikandi yang lebih muda dan energik, Windy Cindiana. Sedangkan Dewi Subino menempati posisi sebagai 'Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu'.  Tiga srikandi ini berhasil masuk dalam posisi strategis dalam komposisi kepengurusan partai. Luar biasa.


Perubahan struktur kepengurusan itu, tentu menarik untuk dibedah. Pertanyaan kuncinya adalah mengapa Nasdem Mabar memberikan mandat politik yang besar kepada para kader perempuan? Ada apa di balik keputusan ini? Apakah kepemimpinan Edi Endi sebelumnya dinilai kurang maksimal? Bukankah prestasi politik yang diraih Nasdem Mabar dalam kontestasi politik kali ini, salah satunya, berkat kerja keras dan cerdas seorang Edi Endi? Apakah stok kader laki-laki dalam tubuh Nasdem Mabar sudah tipis atau kurang berkualitas?


Nasdem Mabar pasti memiliki sejumlah pertimbangan yang rasional mengapa para kader perempuan didorong untuk 'menahkodai' partai itu di level Kabupaten. Penentuan ibu Yopi dkk untuk masuk dalam jajaran pengurus inti, tentu berdasarkan kalkulasi politik yang cermat. Kader perempuan yang diorbitkan itu, rasanya bukan figur karbitan yang tak punya kualitas.


Bagi saya, kebijakan 'menempatkan kader perempuan dalam jajaran pengurus inti', boleh ditakar sebagai sebagai sebuah eksperimentasi politik yang inovatif. Kepemimpinan bercita rasa maskulin yang terjelma dalam diri Edi Endi cum suis, sebetulnya sangat menjanjikan. 


Tetapi, sepertinya Nasdem Mabar 'tak mau bertahan' dengan gaya politik konvensional yang digawangi oleh para lelaki. Mereka coba mengintroduksi 'kerja politik' yang bercita rasa feminim. Feminisasi politik bisa menjadi senjata (strategi) baru dalam mengukir prestasi yang lebih mentereng ke depannya.


Tentu optimisme semacam ini mesti diimbangi dengan 'kerja nyata' dari para srikandi Nasdem itu. Ujian pertama ibu Yopi cs adalah bagaimana agar kader yang diusung Nasdem dalam kontestasi Pilkada Mabar 2024 tampil sebagai kampium. Mampukah ibu Yopi dkk mengukir prestasi melebihi apa yang ditorehkan oleh Edi Endi sebelumnya? Menarik untuk ditunggu.


Tidak berhenti pada pencapaian target elektoral saja. Tantangan yang sesungguhnya adalah bagaimana agar upaya akselerasi level kemaslahatan publik Mabar lekas terwujud. Terus terang, Nasdem di bawah kepemimpinan Edi Endi yang maskulin itu, belum berkontribusi optimal dalam mengubah kondisi politik Kabupaten ini. Kesuksesan yang diraih itu lebih banyak dinikmati oleh anggota partai itu sendiri. Dengan kata lain, di tingkat partai, Edi Endi cs sangat perkasa, tetapi prestasi yang sama tak menular ke level akar rumput.


Kepemimpinan beraroma feminitas itu semestinya tidak hanya terkonsentrasi pada upaya penataan 'kamar partai', tetapi masuk juga dalam 'rumah politik Mabar'. Ibu Yopi dkk mesti termotivasi untuk 'memaksa politisi laki-laki'  coba menerapkan kerja politik yang dijiwai oleh spirit keperempuanan. 


Politik yang dilandasi spiritualitas kefeminiman, umumnya lebih ramah dan akomodatif terhadap semua unsur di Mabar. Derajat responsibilitas dan kepakaan terhadap aneka prahara politik elementer, biasanya lebih besar mengalir dalam diri perempuan.


Baca: "Nasib Literasi" di Musim Kontestasi Politik


Karena itu, hemat saya, upaya feminasasi politik dalam tubuh Nasdem Mabar saat ini, tidak hanya dilihat sebagai 'strategi representasi dan akomodasi soal jumlah perempuan. Yang paling penting adalah upaya feniminasi itu bisa dikonversi menjadi sumber energi politik untuk mempercepat pencapaian idealisme peningkatan kesejahteraan publik Mabar. 


Dengan rumusan lain, ibu  Yopi dkk yang 'telah terpilih' itu, tidak hanya 'mengabdi untuk partai', tetapi mesti berani meniupkan roh politik bercita rasa perempuan itu dalam gelanggang politik Mabar. Publik Mabar sudah tak sabar menanti 'debut politik' dari ibu Yopi dkk. Berharap royek feminisasi politik ala Nasdem Mabar  bisa mengalirkan 'berkat berlimpah' bagi publik. Dengan itu, kita dengan tegas mengamini bahwa politik adalah 'jalan keselamatan'.



*Penulis adalah warga Mabar. Tinggal di Watu Langkas.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Nasdem Mabar dan Feminisasi Politik

Trending Now

Iklan