Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Menambang Kekayaan Kearifan Lokal Manggarai

Monday, April 11, 2022 | 08:45 WIB Last Updated 2022-04-11T01:45:20Z

 

Menambang Kekayaan Kearifan Lokal ManggaraiMenambang Kekayaan Kearifan Lokal Manggarai

Oleh: Sil Joni*

 

Domain kebudayaan Manggarai menyimpan aneka khazanah kearifan yang berpotensi menjadi ‘sumur kebijaksanaan’ bagi generasi saat ini. Sudah terlalu lama, mata kita terpukau dengan ‘mutiara ilmu pengetahuan dan kebudayaan’ impor. Globalisasi menjadi ‘pintu masuk’ keterpikatan kita pada pelbagai entitas modern (global) tersebut.

Padahal, jika ditelisik secara cermat, sistem ilmu pengetahuan dan paradigma kebudayaan global itu, sudah ada dan hidup dalam tradisi kebudayaan kita. Tetapi, entah mengapa, kita tidak lagi ‘terpesona’ dengan beragam warisan indah para leluhur itu. Kita cenderung ‘mengkultuskan’ entitas yang bernuansa modern atau lebih tepat produk yang dikreasi oleh orang asing.

Beruntung, di tengah fenomen ‘marjinalisasi kultur lokal’ itu, masih ada pribadi atau pihak yang berkehendak baik untuk menggali kembali ‘harta budaya’ yang hampir punah itu. Pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) coba menginisiasi ‘gerakan’ menghidupkan yang mati itu.

Baca: Mereguk Dari Sumber Sendiri: Pancasila sebagai Local Wisdom di Tengah Kemelut Modernitas

Penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Berbasis Karakter (P5BK) dalam kurikulum ‘merdeka belajar’, bisa dibaca sebagai ‘keterjagaan’ pemerintah terkait dengan factum ketersingkiran budaya lokal dalam era globalisasi ini. Salah satu item yang dipilih untuk mengimplementasikan P5BK ini adalah kearifan lokal.

Tetapi, tentu tidak mudah untuk mendesain dan mengeksekusi sebuah kurikulum di mana kearifan lokal (local genuine) itu diakomodasi. Kita tahu bahwa kebudayaan Manggarai itu sangat luas dan beragam. Kita seakan memasuki hutan belantara ketika berbicara tentang budaya Manggarai.

Situasi bertambah kompleks ketika disandingkan dengan kenyataan bahwa ‘hanya segelintir orang saja’ yang benar-benar memahami dan mendalami pernak-pernik budaya tersebut. Lalu, bagaimana kita bisa mengintegrasikan pelbagai ‘aset kultural’ itu ke dalam praksis pembelajaran untuk bidang P5BK?

Sadar akan ‘keterbatasan’ semacam itu, SMK Stella Maris Labuan Bajo,  pada Sabtu (9/4/2022) menggelar sebuah lokakarya (workshop) bertajuk penggalian kekayaan kearifan budaya lokal Manggarai. Pihak SMK ingin mendapat perspektif yang lebih jernih dan utuh terkait dengan kearifan lokal apa saja yang bisa dijadikan materi pembelajaran dalam bidang P5BK.

Baca: Internalisasi Keutamaan dalam Aktus Dodo Masyarakat Manggarai

Upaya penggalian ini, dibantu oleh dua orang ‘narasumber’ hebat yaitu Rm. Ino Sutam, Pr seorang budayawan, Ketua Komisi Budaya Keuskupan Ruteng sekaligus dosen di Unika St. Paulus Ruteng dan Adrianus Hamu, seorang pensiunan guru dan tokoh adat di wilayah Kempo. Keduanya dengan sangat elegan dan sistematis mempresentasikan ‘tatanan budaya Manggarai’ di hadapan semua staf pengajar SMK Stella Maris.

Workshop ini juga dihadiri oleh Koordinator Pengawas SMA/SMK se-Kabupaten Manggarai barat (Mabar), Paulus Hansko dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Mabar, Pius Baut. Kehadiran Pak Paul dan Pak Pius dalam lokakarya ini, tentu menambah wawasan dan pengetahuan para guru karena keduanya ‘terlibat aktif’ dalam memberikan pikiran positif terkait dengan urgensi dan signifikansi ‘penggalian emas tradisi lokal’ untuk dijadikan ‘materi ajar’ dalam dunia pendidikan.

Sebetulnya, orang yang punya andil dalam ‘menambang khazanah kearifan’ dalam perut budaya Manggarai itu adalah kedua narasumber tadi. Mereka telah mendedikasikan sebagian tenaga dan waktu untuk secara intens ‘masuk’ ke rahim budaya itu dan menyadap pelbagai nilai yang relevan dan berguna pada masa kini. Bayangkan, seorang Rm. Ino Sutam sudah mulai melakukan ‘penambangan’ terhadap harta rohani nenek moyang kita itu, sejak beliau masih duduk di bangku SMA. Sedangkan bapak Adrianus Hamu, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk terlibat dalam urusan ritual adat dan tampil sebagai ‘gembala budaya’ yang setia.

Baca: Budaya Sebagai Patokan Kehidupan Masyarakat Manggarai

SMK Stella Maris sangat ‘beruntung’ bisa menghadirkan keduanya dalam panggung workshop itu. Para guru tidak harus ‘mengerahkan energi ekstra’ untuk melakukan penggalian di kedalaman perut budaya Manggarai. Sebagaian besar dari ‘kearifan lokal’ itu, sudah tersingkap dalam sesi lokakarya ini.

Kendati demikian, tidak berarti tugas guru sudah berakhir dan tinggal mentransfer aneka kearifan itu dalam proses pembelajaran. Apa yang dipaparkan oleh kedua narasumber hanya berupa bahan mentah. Para guru, khususnya mereka yang dipercayakan untuk mengajar bidang P5BK mesti mengelaborasi secara lebih jelas dan dalam ‘materi workshop’ ini untuk dijadikan ‘bahan ajar’ yang matang.

Kita tidak ingin sebagian besar generasi muda saat ini menjadi ‘anak yang hilang’. Mereka mesti ‘dituntun’ untuk berjalan pulang ke pelukan budaya lokal. Lembaga pendidikan formal dipanggil untuk mengarahkan peserta didik agar semakin mencintai dan berakar dalam kebudayaan lokal. Proses pembentukan karakter parasiswa, sebaiknya berpijak pada kearifan lokal.

Baca: Ujian Praktek UAS Bergenre Budaya Manggarai Raya

Budaya (lokal) itu ibarat ‘air’ bagi ikan. Ketika kita ‘keluar atau tinggalkan air (kolam, lautan, sungai), maka kita mati, meski raga kita masih perkasa. Tubuh (badan) akan rapuh ketika kita tidak lagi menghirup ‘roh keutamaan’ dalam tradisi lokal. Hidup kita menjadi pincang sebab berjalan di atas landasan yang retak.

Manusia, selain makluk peziarah, juga merupakan makluk menyejarah. Dalam proses perziarahan itu, kita melintasi tiga alur waktu; masa lampau, masa kini, dan masa depan. Kita semua dipanggil untuk menggali apa yang bernilai di masa lampau (termasuk warisan budaya leluhur) untuk disintesiskan secara kreatif dalam praksis di masa kini, dan dijadikan panduan atau pedoman hidup di masa mendatang. Dengan kata lain, manusia adalah penggembala tradisi dan nabi untuk masa depan. Para guru mesti berada pada garda depan dalam ‘menghidupkan dan melestarikan’ pelbagai harta peninggalan nenek moyang yang dipandang masih sangat berguna untuk masa kini dan masa yang akan dating.

 

*Penulis adalah staf pengajar SMK Stella Maris Labuan Bajo.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menambang Kekayaan Kearifan Lokal Manggarai

Trending Now

Iklan