Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

"Bona Culina Bona Disciplina"

Wednesday, August 24, 2022 | 22:11 WIB Last Updated 2023-02-08T08:38:54Z
Bona Culina Bona Disciplina"
Bona Culina Bona Disciplina"


Oleh: Sil Joni*


Di mana ada dapur, terutama ketika sedang mengepul, di situ aroma kehidupan begitu terasa. Dapur itu, lebih dari sekadar cooking space. Ia identik dengan 'living space'. Siapa ingin hidup baik, datanglah ke dapur dan olahlah segala yang ada di sana. Dijamin kebutuhan raga tak menemui kendala.


Dapur adalah ruang khusus untuk menyimpan, meracik, mengolah, dan memasak aneka bahan pangan yang dipadu dengan bumbu penyedap rasa. Ketika semuanya tersedia, maka kita 'dituntut' untuk meracik sesuai porsi agar menghasilkan menu santapan yang tidak hanya kaya nutrisi, tetapi enak dan nikmat disantap.


Baca: Posisi Guru dalam 'Mendisiplinkan Siswa'


Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa 'tata kehidupan' kita berawal dari dapur. Pepatah Latin, "bona culina bona disciplina" yang berarti dapur baik membuahkan disiplin yang baik, sangat tepat membahasakan perihal signifikansi dari keberadaan dapur itu. Dengan agak bebas, peribahasa itu boleh ditafsir sebagai penanda bahwa  ‘disiplin berawal dari rumah atau keluarga’. 


Itu berarti jika sejak di dalam rumah, seorang anak dibiasakan hidup dalam "dapur yang baik" (berdisiplin), maka  dalam hidup bersama selanjutnya, baik di sekolah maupun di tengah masyarakat, ia tidak akan mengalami banyak kesulitan mewujudkan sikap disiplin. Dapur (keluarga) menjadi tempat pertama "memasak kehidupan anak" agar terlihat enak dan sedap ketika 'disantap' oleh masyarakat yang lebih luas.


Dari sisi etimologi, kata disiplin lebih tepat diasosiasikan dengan murid. Kata disiplin berasal dari Bahasa Latin  "discipulus" yang berarti murid. Tidak heran jika 'disiplin' selalu dihubungkan dengan pola hidup dan kebiasaan para murid di sebuah lembaga pendidikan.


Bahkan, kedisiplinan dipatok sebagai 'ukuran' apakah seseorang itu patut disebut murid atau tidak. Jika seorang murid tidak dapat mewujudkan kedisiplinan hidup, ia tidak layak disebut murid. Paling-paling kita hanya dapat mengatakan, “Ia baru dalam proses menjadi murid.” Saya kira, ada banyak, untuk tidak dibilang semua siswa kita, masuk dalam kategori ini.


Baca: Mahasiswa STP St. Petrus Atambua menyelenggarakan Kerja Bakti


Karena itu, adagium Latin di atas, tidak hanya tepat diletakkan dalam konteks rumah atau keluarga melainkan juga sekolah. Sekolah dapat diibaratkan sebagai dapur tempat para murid meracik diri dan memasak sehingga ketika keluar dari sekolah itu, mereka dapat menyajikan diri sebagai pribadi-pribadi yang 'enak' di mata masyarakat.


Seiring perkembangan zaman, dapur sudah mengalami 'transformasi'. Dapur tidak hanya sebagai 'tempat memasak', tetapi juga mencuci dan menyimpan pelbagai peralatan masak dan makan-minum. Karena itu, sangat diharapkan agar 'dapur' dalam kondisi bersih dan rapi. Kebersihan dan kerapian menjadi 'kunci' keberhasilan aktivitas memasak dan menyuguhkan makanan yang sehat dan berkualitas.


Membersikan dan atau mencuci 'alat makan-minum' (piring, senduk, garpu, dll) merupakan sebuah 'kebajikan' yang setara nilainya dengan kegiatan memasak. Aktivitas mencuci peralatan dapur itu, dijalankan setiap hari kerja di SMK Stella Maris. Para guru dibagi dalam beberapa kelompok untuk melaksanakan tugas sebagai 'pencuci dan pembersih' area dapur sesuai dengan jadwal yang ditentukan.


Sampai di sini, saya teringat kembali kebiasaan ketika menimba ilmu di seminari, baik di seminari kecil, maupun di seminari Tinggi. Para seminaris dibagi dalam beberapa kelompok guna bertindak sebagai 'petugas spulen'. Istilah spulen ini sangat populer di kalangan seminari dan bahkan jauh lebih tenar ketimbang pencuci piring dan senduk.


Ketika Hari ini, Rabu (24/8/2022) saya dan beberapa teman melaksanakan 'piket harian' sebagai 'pelayan di dapur', kenangan sebagai petugas spulen ala seminar, terlintas kembali dalam benak. Ini tugas mulia. Siapa yang setia pada perkara kecil, pasti setia juga dalam menyelesaikan perkara yang besar.


Disiplin berawal dari dapur. Ketika petugas spulen menjalankan tugas tepat waktu dan penuh tanggung jawab, mereka telah menghidupkan filosofi dapur sebagai 'penggerak spirit berdisiplin'. Tetapi, bila 'urusan dapur terbengkelai', maka disiplin sulit diterapkan. Kehidupan menjadi khaos, disorder, tidak tertata dengan baik.


Baca: Kolaborasi Persiapan (Gladi Bersih) Pelaksanaan ANBK


Kita berharap sekolah pada umumnya dan SMK Stella Maris tetap menjadi 'dapur yang baik' dalam mempersiapkan dan menempa kepribadian siswa agar menghasilkan sajian yang 'enak' bagi bangsa dan negara. Para guru mesti tampil sebagai 'pelayan dapur pendidikan' yang profesional untuk menanamkan spirit disiplin bagi siswa. Jika kedisiplinan dari 'dapur' menular dalam diri generasi muda, maka tinggal menunggu waktu kita menuai generasi yang bermutu di masa mendatang.



*Penulis adalah Staf pengajar SMK Stella Maris Labuan Bajo.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • "Bona Culina Bona Disciplina"

Trending Now

Iklan