Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Merintis Komunitas Praktisi di SMK Stella Maris

Suara BulirBERNAS
Wednesday, October 12, 2022 | 08:10 WIB Last Updated 2023-02-04T06:11:42Z

 

Merintis Komunitas Praktisi di SMK Stella Maris
Merintis Komunitas Praktisi di SMK Stella Maris



Oleh: Sil Joni*


Saya merasa cukup beruntung bisa 'berdiskusi secara intensif' dengan salah satu Guru Penggerak di SMK Stella Maris, Ibu Lusiana Frince. Meski saya tidak mengikuti program Guru Penggerak, tetapi saya mendapat gambaran secara singkat beberapa hal baik, inovatif, kreatif, dan terobosan yang diusung dalam program itu ketika berbincang dengan ibu Frince itu


Ide pembentukan 'Komunitas Praktisi' merupakan salah satu isu yang diperkenalkan dalam program Guru Penggerak itu. Setelah mendapat bekal pengetahuan dan keterampilan yang memadai, ibu Frince merasa perlu untuk segera merintis dan memberdayakan Komunitas Praktisi di SMK Stella Maris. 


Baca: Guru Penggerak (Literasi)


Tulisan ini, sebenarnya merupakan elaborasi kreatif 'bincang-bincang' bersama ibu Frince terkait urgensi dan prospek eksistensi Komunitas Praktisi di SMK Stella Maris itu. Komunitas Praktisi ini tidak sama dengan kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) meski boleh jadi sebagian anggotanya berasal dari MGMP yang sama. 


Lalu, apa signifikansi dan urgensi kehadiran Komunitas Praktisi di sebuah lembaga pendidikan? Apa kekhasan Komunitas Praktisi jika dibandingkan dengan komunitas lain seperti MGMP? Guru sebagai pendidik profesional mempunyai peran strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan output mutu lulusan. Guru penggerak sebagai program bagian dari kebijakan merdeka belajar yang diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), bisa menjadi opsi alternatif untuk mewujudkan idealisme peningkatan mutu proses pendidikan tersebut. 


Betapa tidak, program Guru Penggerak ini bertujuan untuk menyiapkan para pemimpin pendidikan Indonesia masa depan, mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan guru di sekitarnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid,  serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk  mewujudkan profil Pelajar Pancasila.


Baca: Terampil Menulis Saja Tidak Cukup


Untuk mendukung tercapainya tujuan itu, Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) dijalankan dengan menekankan pada kompetensi kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) yang mencakup komunitas praktik, pembelajaran sosial dan emosional, pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai perkembangan murid, dan kompetensi lain dalam pengembangan diri dan sekolah. Kompetensi tersebut dituangkan ke dalam tiga paket modul, yaitu paradigma dan visi guru penggerak, praktik pembelajaran yang berpihak pada murid, dan pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah.


Guru penggerak diharapkan menjadi motor dalam pengembangan komunitas praktisi baik di sekolah atau di luar lingkungan sekolah. Guru penggerak dapat mengajak rekan guru lain untuk menjadi tim untuk menggerakkan komunitas praktisi. Atas dasar itu, sebagai salah satu ‘Guru Penggerak’ yang berkarya di SMK Stella Maris, kami merasa terpanggil untuk menginisiasi dan memfasilitasi pembentukan komunitas praktisi tingkat SMK Stella Maris. Kehadiran Komunitas Praktisi ini, hemat saya, sangat relevan dan urgen dengan tingginya tingkat kompleksitas dan dinamika proses pembelajaran di SMK Stella Maris saat ini. 


Kita tahu bahwa komunitas praktisi merupakan strategi pelengkap bagi pengembangan profesi yang berkelanjutan. Konsep komunitas praktisi sudah banyak diterapkan oleh berbagai profesi dan penting pula diterapkan oleh para aktor utama dalam pendidikan yaitu guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Tetapi, mungkin untuk tahap awal ini, kami lebih berfokus pada upaya pemberdayaan kapasitas guru melalui wadah Komunitas Praktisi itu.


Sebetulnya, istilah Komunitas Praktisi diperkenalkan oleh Etienne Wenger dalam bukunya Community of Practice. Wenger menyebut bahwa komunitas praktisi merupakan “Sekelompok individu yang memiliki semangat dan kegelisahan yang sama tentang praktik yang mereka lakukan dan ingin melakukannya dengan lebih baik dengan berinteraksi secara rutin” (Wenger, 2012). 


Praktik yang dimaksud bergantung pada konteks peran sehari-hari anggota komunitas praktisi. Saya kira, praktik dalam komunitas praktisi guru dapat berupa praktik mengajar dan interaksi dengan murid atau orang tua. Intinya, para guru yang tergabung dalam Komunitas Praktisi itu 'memiliki semangat dan kegelisahan' yang sama, terutama dalam hal meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang berpusat pada anak didik serta isu-isu lain yang berhubungan dengan perkembangan kepribadian peserta didik.


Komunitas praktisi mempunyai beberapa tujuan. Minimal ada 5 tujuan komunitas praktisi yakni : Pertama, mengedukasi anggota dengan mengumpulkan dan berbagi informasi yang berkaitan dengan masalah dan pertanyaan tentang praktik pengajaran dan pembelajaran. Kedua, memberi dukungan pada anggota melalui interaksi dan kolaborasi sesama anggota. Ketiga, mendampingi anggota untuk memulai dan mempertahankan pembelajaran mereka. Keempat, mendorong anggota untuk menyebarkan capaian anggota melalui diskusi dan berbagi. Kelima, mengintegrasikan pembelajaran yang didapatkan dengan pekerjaan sehari-hari.


Peran guru penggerak dalam komunitas praktisi adalah menganalisis kebutuhan belajar anggota, memfasilitasi kegiatan rencana kegiatan belajar berdasarkan hasil analisis kebutuhan, mencari narasumber yang relevan terkait kebutuhan belajar, menyelenggarakan kegiatan belajar di komunitas, mendokumentasikan dan mempublikasikan hasil kegiatan, mendampingi rekan sejawat dalam mempraktikkan hasil belajar di komunitas, evaluasi dan refleksi pembelajaran dan penerapan kegiatan.


Manfaat kolaborasi dalam komunitas praktisi  adalah sebagai berikut. Pertama, menciptakan ketergantungan sosial yang positif. Kedua, membangun relasi yang positif  antar anggota. Ketiga, berbagi sumber daya. Keempat, meningkatkan soliditas dan solidaritas sebagai sesame guru. Kelima, bisa membedah akar persoalan dan berusaha untuk mencari solusi secara bersama. Ketergantungan sosial yang positif berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda latar belakang, pengetahuan dan keterampilan akan memunculkan ide-ide baru untuk pemecahan masalah.  Kemampuan berkolaborasi akan mengurangi adanya kompetisi yang bersifat negatif. 


Berdasarkan penjelasan pada bagian latar belakang, tujuan, dan manfaat serta refleksi perihal urgensi pembentukkan komunitas praktisi di SMK Stella Maris, maka kami memutuskan untuk memilih ungkapan ‘Ca Nai’ (satu hati) sebagai ‘nama’ dari komunitas itu. 


Baca: Sekolah yang Menyenangkan


Sesuai dengan nama itu, diharapkan bahwa dalam dan melalui komunitas itu, para anggota yang berbeda latar belakang mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama terkait bagaimana mengatasi persoalan yang ditemukan dalam proses pembelajaran. Kita mempunyai komitmen dan kegelisahan yang sama sehingga tergerak untuk mencari langkah solutif dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah. 


Sesuai dengan deskripsi di atas, maka yang tergabung dalam Komunitas Praktisi Ca Nai ini adalah rekan-rekan guru SMK Stella Maris yang mempunyai keresahan, keprihatinan, dan komitmen yang sama. Demi efektivitas dalam bekerja, tidak semua guru boleh bergabung dalam komunitas itu.


Komunitas Praktisi Ca Nai merupakan ‘wadah perjumpaan dan komunkasi’ antar guru yang punya kepdulian pada isu yang sama. Karena itu, agenda kerja rutin yang dibuat adalah mengadakan pertemuan atau diskusi secara luring maupun daring, minimal satu kali dalam satu minggu.


Spirit sebagai seorang praktisi, mesti benar-benar diperlihatkan dalam komunitas ini. Untuk itu, isu-isu yang dipilih sudah seharusnya membuat guru-guru bertindak sebagai seorang pelaksana atau praktisi yang kreatif. Ada lima isu yang relevan untuk mewujudkan misi tersebut.


Pertama, berbagi masalah dan mengembangkan proses untuk mencari penyelesaian masalah. Kedua, merumuskan Tindakan untuk menyelesaikan masalah. Ketiga, berbagi pengalaman menjalankan praktik. Keempat, merefleksikan Tindakan-tindakan yang sudah diambil untuk melakukan perbaikan. Kelima, mendokumentasikan kegiatan dan produk para anggotanya untuk bahan belajar.


Ide-ide yang tertuang dalam refleksi ini masih bersifat tentatif. Masih ada banyak hal yang perlu dibenahi jika kita semua sepakat untuk membentuk dan bekerja dalam komunitas ini. Berhasil tidaknya komunitas ini, sangat bergantung dari kontribusi dan keseriusan kita dalam bekerja. Prinsipnya, Komunitas Praktisi Ca Nai ini berasal dari kita, oleh kita, dan untuk kita.



*Penulis adalah Staf Pengajar SMK Stella Maris Labuan Bajo.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Merintis Komunitas Praktisi di SMK Stella Maris

Trending Now

Iklan