Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

FP2ST: Musim Hujan, Waktu yang Bagus untuk Tanam Pohon

Monday, January 3, 2022 | 15:47 WIB Last Updated 2022-03-20T05:40:29Z
FP2ST: Musim Hujan, Waktu yang Bagus untuk Tanam Pohon



Pada musim penghujan di bulan Desember tentu kita di sibukan dengan beberapa hal penting salah satunya perayaan Natal dan Tahun Baru 2021-2022. Siklus hujan yang cukup pendek di NTT berkisar pada bulan Desember-April (empat bulan) tentu kita harus memanfaatkannya dengan baik untuk melakukan berbagai kegiatan pemulihan dan keseimbanagn seperti menanam pohon. 

Baca juga: Julukan Kunci, Pahlawan Manggarai Tak Tertandingi Jaman Penjajahan Belanda

Salah satu agenda besar bersama kita saat ini adalah melawan perubahan iklim untuk mencegah bencana alam yang akan datang sewaktu-waktu. Pemanasan global yang terjadi setiap tahun tidak bisa dilihat sebagai hal sepele saja namun perlu langkah pencegahan secara dini dengan cara merubah pola atau kebiasaan hidup kita agar selaras dengan alam dan tidak merusak lingkungan. 

Catatan di akhir tahun 2021 ada begitu banyak bencana yang datang melanda NTT khususnya kabupaten Sumba Timur. Badai Seroja yang datang melanda pulau Sumba di tahun 2021 telah merusak berbagai sarana pendukung pembangunan seperti, jalan, sawah, kebun,  dan fasilitas publik lainnya. Hal ini bukan semata-mata karena kehendak alam tetapi ada faktor manusia yang selalu mengabaikan keseimbangan alam. 

Baca juga: Bank NTT Berikan Bantuan Untuk Pengembangan Desa Wisata Todo

Forum Peduli Pembangun Sumba Timur (FP2ST) melihat bahwa bencana alam yang terjadi berakibat fatal seluruh kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di mulai dari sektor pertanian yang lumpuh akibat bendungan yang rusak berakibat pada sektor pangan. Hal inilah yang harus menjadi perhatian kita bersama. 

Langkah untuk mencegah semua ini harus dimulai dengan konservasi di wilayah-wilayah hulu dan memastikan wilayah hulu di lindungi dengan baik. Mitigasi bencana yang dilakukan selama ini belum cukup baik berjalan hal ini di pengaruhi oleh tidak adanya kesadaran masyarakat dan pemerintah untuk melakukan upaya-upaya konservasi. Sehingga, ketika bencana datang kemampaun kita untuk menghadapinya sangat terbatas karena tidak ada dukungan dari alam itu sendiri. Artinya bahwa ketika alam atau lingkungan rusak tidak akan dapat lagi membantu kita mengurangi dampak bencana.

Berdasarkan data Dinas Kehutanan tahun 2021 luas hutan yang berada di kabupaten Sumba Timur adalah sebesar 241.348.95 Ha yang di dominasi oleh hutan lindung dengan areal seluas 75.286,18 Ha atau sebesar 31,19 persen dan areal hutan konservasi seluas 57.885,92 Ha atau sebesar 24,04 persen serta areal Taman Nasional tetap seluas 25.380,66  Haatau 10,52 peersen. Sisanya terdiri dari hutan produksi seluas 19.048,05 Ha atau 7,89 persen, kawasan swaka alam seluas 5.816,27 Ha atau 2,41 persen dan hutan untuk kepentingan penelitian (wana riset) seluas 487,930 Haatau 0,20 persen dari luas Hutan di kabupaten Sumba Timur. 

Salah satu tanama khas daerah yang pernah mengharumkan nama pulau Sumba adalah Tanaman Cendana yang populasinya kini cenderung berkurang akibat eksploitasi dan minimnya konservasi Cendana. Oleh karena itu, kita semua perlu kembali menyelamatkan pohon Cendana sebagai salah satu tanaman yang langka sekaligus sebagai upaya penghijaun.

Semua makhluk hidup memerlukan oksigen untuk bernafas, oksigen inilah yang menjadi faktor penting dalam kehidupan manusia dan pohon menjadi penghasil oksigen secara gratis bagi manusia. Selain itu keberadaan pohon dapat membantu proses penyimpanan air di dalam tanah dan akar pohon dapat menahan laju erosi.   

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) NTT bersama Green Justice Indonesia saat ini telah memulai mengembangkan pohon Cendana di kabupaten Sumba Timur dengan membangun 2 unit pembibitan, dan fokus pembibitan ini pada pengembangan pohon Cendana di pulau Sumba. Saat ini sudah ada sekitar 20.000 anakan Cendana yang siap di tanam pada musim penghujan tahun ini. Natinya anakan Cendana ini akan di bagikan ke seluruh masyarakat untuk di tanam di kebun dan pekarangan. Semoga upaya ini dapat kembali mengharumkan pulau Sumba. 

Gerakan menanam pohon inilah yang menjadi kekuatan kita untuk mengurangi risiko bencana alam, bukan hanya pohon Cendana saja akan tetapi masyarakat  diharapkan dapat melakukan upaya konservasi dengan berbagai jenis pohon lainnya sehingga dapat memberikan keseimbangan. Upaya-upaya konservasi ini tidak bisa dilakukan secara sendiri, namun butuh kebersamaan, butuh kebijakan untuk memulihkan pulau Sumba dari degradasi lingkungan hidup. 

Deddy F. Holo 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • FP2ST: Musim Hujan, Waktu yang Bagus untuk Tanam Pohon

Trending Now

Iklan