Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Reuni SMPK Rosa Mistika Waerana Tahun 2022

Tuesday, April 5, 2022 | 13:42 WIB Last Updated 2022-04-05T06:42:54Z

 

Reuni SMPK Rosa Mistika Waerana Tahun 2022Reuni SMPK Rosa Mistika Waerana Tahun 2022

Oleh: Fransiskus Ndejeng*

Reuni SMP Katolik Rosa Mistika Waerana tahun ini akan berlangsung di masa liburan besar tahun ajaran 2022 yang akan datang. Sejak awal Panitia reuni sudah terbentuk di pusat kegiatan program reuni, yaitu di lokasi SMP Katolik Rosa Mistika Waerana, yang lazim disingkat  Romis.

Berdasarkan catatan lepas dari hasil diskusi di grup alumni Romis, penulis mengetahui bahwa SMP Katolik Rosa MistikaWaerana berdiri sejak tahun 1969. Namun, jauh sebelumnya SMP ini sudah memiliki program sekolah kursus kepandaian Putri, sebagai sebuah lembaga kursus nonformal atau yang lazim  disebut dengan istilah “SKKP Waerana”; singkatan dari Sekolah Kursus Keterampilan Putri.

Baca: Mencintai Almamaterku: SMPK Rosamistika Waerana 

Saya terkenang akan sebutan “Mukun Surga dan Waerana Api Neraka” atau “Kisol Lembah Suci”, karena mempersiapkan para imam yang berkarya di ladang Tuhan. Saya memiliki suatu pandangan yang mungkin tidak sama dengan sahabat alumni yang lainnya;  sebutan Mukun surga karena letaknya di pegunungan yang tinggi, kira-kira sekitar 2000 mdpl. Sedangkan Waerana terletak di dataran rendah yang dikelilingi oleh pegunungan dan bukit. Waerana seolah-olah berada di bawah, hampir tertutup ketika kita  memandang dan menatap jauh ke Timur dan ke Barat karena tertutup bukit ngarai.

Kisol berada dan terletak di lembah tanah rata yang cukup sejuk dan menawan hati sehingga cocok didirikan sebuah seminari. Tempat pengasuhan dan pembimbingan para calon imam masa depan. Juga jebolan awam yang berkarya hampir di seluruh antero dunia ini. Sebut saja Kraeng Joni Plate, menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Mgr. Siprianus Hormat, Pr sebagai Uskup Ruteng, Mgr. Vitalis Bruno Syukur, OFM sebagai Uskup Bogor, dan Mgr. Datus Lega, Pr sebagai Uskup Sorong Papua.

Menarik memang! Ketika kita menengok ke masa lalu, ketika masa sekolah, dengan situasi kejiwaan yang masih polos, lugu, datang dari berbagai latar belakang kampung halaman. Rata-rata  berasal dari anak petani, guru SD dan sebagainya.  Ada yang datang dan berasal dari kabupaten tetangga, seperti Ngada. Ada satu dua orang berasal dari kota Ruteng, seperti adik bungsu Mgr. Eduard Sangsun, SVD (almarhum). Ada juga yang berasal dari kota Borong yang memilih bersekolah di Romis.

Baca: Silvester Joni: Perempuan Juga Bisa (Kisah Perempuan Ketua OSIS di Loyola Tempo Doeloe)

Ada satu peristiwa menarik ketika para siswa melakukan anjangsana ke SMP Pancasila Borong sekitar tahun 1978. SMPK Romis membawa kesebelasan bola kaki untuk melakukan pertandingan persahabatan dengan siswa SMP Pancasila Borong. Para putri membawa keenaman volly putri.

Ketika pulang dari Borong menggunakan dump truck yang sudah tua, dump truck tersebut sempat macet di Wae Pake, Kisol karena berbeban cukup berat. Ada letupan kata-kata seorang siswi cantik dalam membuat sebuah karangan tentang kesan perjalanan kunjungan persahabatan di SMP Pancasila Borong. Ia berkata begini, “sampai di wae pake, patah as oto kami”.  Akhirnya, semua rombongan Romis berjalan kaki pulang ke Wae Rana.

Seorang teman seangkatan yang ikut dalam kunjungan itu adalah Nikolaus Teguh dari Parang, desa Golo Ndele, tetangga dengan penulis, yaitu desa Ruan. Nikolaus adalah seorang pemain bola kaki yang bagus dan tenang, juga pemain bola voli andalan Romis kala itu. Kalau bermain pada “pertandingan Paskah” biasanya SMP Katolik Romis mengirim kesebelasan bola sepak. Bahkan mereka bisa masuk sampai babak semifinal atau final bersama para guru yang juga pandai bermain bola kaki. Sebut saja, Pa Yosef Dima, Pa Yosef Joman, dan Pa Lukas Nono, serta beberapa guru muda yang lainnya. 

Para siswa kala itu, umurnya berkisar antara 15-19 tahun.  Siswa dan siswi biasanya membuat surat kores secara diam-diam. Ada bahasa tubuh tentang ungkapan rasa cinta terhadap teman kelas atau antar tingkat kelas. Menarik memang, yang penting suster tidak boleh tahu. Ada juga sisipan surat kores di dalam lembaran buku tulis catatan mata pelajaran. Dengan cara yang unik dan tidak semua tahu, lalu para siswa kemudian berpura-pura meminjam buku catatan. Buku sumber mata pelajaran amat terbatas sekali. Namun, semangat 1945 tetap berkobar untuk meraih cita-cita dan mimpi mau menjadi apa di hari esok. Pokoknya sekolah saja.

Baca: Tanggapan Atas Artikel Silvester Joni, S.Fil. Dengan Judul, “Loyola” Kebebasan Akademik (Sebuah Kenangan)

Berpacu dengan waktu, dari catatan dan refleksi penulis, setiap hidup anak manusia yang berjuang dengan keras tanpa tedeng aling-aling, pasti suatu saat akan menjadi baik. Sekolah adalah tempat untuk mendidik, membina, membimbing, dan melatih peserta didik untuk tumbuh menjadi besar, dewasa dan bertanggung jawab menuju kematangannya. Untuk sempurna itu urusan Sang Pemilik Kehidupan ini. Kesadaran ini cocok direfleksikan berdasarkan referensi undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, yang saat ini sedang direvisi. Tentu saja sejalan dengan tugas pokok guru dalam undang-undang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005.

Mungkin dalam renungan roti kehidupan setiap hari yang berbunyi: “rancanganku bukanlah rancanganmu” atau “pilihan hidupku bukanlah pilihan hidupmu”! Tugas kita adalah mengantarkan masa depan peserta didik menuju pintu kesuksesan di hari ini, esok, dan seterusnya. Hari esok adalah milikmu bukan milikku lagi!  Senada dengan kata bijak seorang filsuf keturunan Yahudi Turki, abad ke-21 ini, “Isilah batok kepala siswa dengan contoh dan keteladanan hidup lewat pengetahuan, pengalaman dan keterampilan, dan psikomotorik, dan jangan pernah memaksa pikiran kita orang dewasa untuk masuk ke dalam batok kepala siswa.” Mereka memiliki keunikan masing-masing yang berbeda satu sama lain menurut bakat, kemampuan, dan talenta.

Hal ini merupakan bentuk salah satu refleksi kehidupan seorang alumni Romis yang berkarya sebagai seorang pengajar dan pendidik, sejak tahun 1989 sampai 2023 yang akan datang. Hampir paripurna dalam bertugas dan mengabdi bagi negeri ini.

Sejalan dengan artikel penulis sebelumnya sebagai seorang alumni tahun 1979/1980, di bawah judul, “Mencintai Almamaterku SMP Katolik Rosa Mistika Waerana”. Banyak kisah indah yang dialami, tentang lika-liku seorang siswa kala itu. Di majalah dinding sekolah biasa dimuat karangan siswa, seperti puisi, cerpen, refleksi dan kronik. Ketika pesta perpisahan sekolah, biasa dibuat acara seremoni perpisahan, berupa sambutan kepala sekolah dan sambutan atas nama alumni yang tamat. Pokoknya, sungguh menarik. Dibuat di sekolah dan juga di asrama.  Mungkin sahabat yang lain memiliki kisah menarik sebagai bentuk kronik alumni. Ini saja yang dapat saya rekam kembali di memori untuk barangkali ada seberkas harapan buat para alumni Romis di mana saja anda semua berada.

Baca: Mitos “Orang Sakti, Kaki, dan Mego” dalam Perspektif Feminitas-Kosmologis Suku Sara, Ngada

Ada cerita lain ketika suster pimpinan sekolah dan pimpinan asrama menyuruh para siswa yang menunggak uang sekolah dan uang asrama, disuruh pulang untuk menagih uang pada orang tua. Demikian juga, dari asrama menagih beras dan jagung bulanan. Namun, meskipun belum membayar uang sekolah atau uang asrama, suster kepala sekolah tidak pernah mengusir siswa dari kelas untuk tidak boleh ikut ujian atau diusir dari sana. Apa artinya?

Nilai-nilai solidaritas dan spiritualitas demi kemanusiaan menjadi hal penting dalam pendidikan kristiani. Memanusiakan manusia lebih penting ketika menjalankan proses pendidikan yang seutuhnya dan holistik. Bahwa makan minum di Asrama dan biaya pendidikan merupakan urusan orang tua. Urusan peserta didik (anak) adalah sekolah.

Nilai-nilai ini adalah bentuk teologi pembebasan yang dicetuskan dari misi Eropa yang digaungkan oleh Romo Mangun Wijaya (almarhum) di Indonesia. Imbasnya adalah semakin teguh prinsip untuk bersekolah dan belajar demi meraih masa depan yang cerah!

Pengalaman reuni merupakan bentuk review tentang masa sekolah sambil memberikan suatu kontribusi positif terhadap lembaga yang telah melahirkan seorang yang disebut alumni. Sebab, salah satu syarat untuk membangun dan mengembangkan sebuah lembaga ialah mendengarkan  masukan para alumni tentang almamater yang pernah mendidik dan membimbing peserta didiknya.  Di samping itu, perlu ada data penelusuran para alumni setiap angkatan dalam sebuah dokumentasi yang baik dan akurat. Hal ini menjadi nilai plus untuk pengembangan sekolah dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang (RKT dan RKJM) sesuai visi misi sekolah.

Catatan selaku alumni, penulis amat berbangga, bahwa Romis memiliki program sekolah Ramah Anak. Artinya, jauh dari kekerasan fisik dan verbal atau yang sering disebut dengan istilah perundungan. Penulis menyadari bahwa fenomena kekerasan di dunia pendidikan, merambah dari pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Manggarai Timur termasuk dalam salah satu daerah kabupaten kekerasan tertinggi di NTT. Hampir setiap hari selalu ada tindakan kekerasan di sekolah, di rumah dan di tengah lingkungan masyarakat. Bunuh diri, pelecehan seksual, perdagangan perempuan dan anak biasa terjadi. Maka benar bila kabupaten Matim disebut “darurat kekerasan”.  

Apa dan dimana kesalahannya? Ada yang yang berpendapat, bahwa hukum adat kita semakin lemah. Suara profetis guru dan orang tua kurang didengar lagi karena dipengaruhi oleh media sosial. Manusia postmodern beresiko akan hal ini. Masa transisi dari pertanian dan agraria tidak seimbang dengan peradaban kecanggihan yang cepat dan dahsyat membuat adab, moral dan spiritual manusia terganggu dan kehilangan pegangan hidup.

Baca: Pengaruh Game Online dalam Dunia Pendidikan

Penulis begitu senang dengan perubahan dan penerapan kurikulum sekolah penggerak yang diterapkan di almamater Romis. Ada kemerdekaan belajar bagi siswa dan kemerdekaan mengajar bagi guru.  Struktur  kurikulum lebih simple dari jumlah jam pembelajaran. Itu  berarti  guru  diberi ruang yang seluas-luasnya untuk mengembangkan diri dalam proses pembelajaran yang bermakna dan berbasis kelas. Kemerdekaan juga membuat administrasi pembelajaran yang seluas luasnya pula. RPP guru yang simpel menjadi ibarat pengganti  parang, sekop,  tofa dan sabit bagi seorang petani tulen dan profesional. Itulah esensi seorang guru profesional dalam menyambut penerapan Kurikulum Penggerak di SMP Katolik Romis itu.

Demikianlah pandangan saya selaku seorang alumni SMP Katolik Romis tahun pelajaran  1979/1980 untuk almamater tercinta. Berikut ini adalah sebuah puisi untuk “almamaterku”.

Aku mengenang akan almamaterku yang tercinta. Almamaterku engkau telah melahirkan aku sebagai manusia baru. Manusia baru berilmu dan berakhlak mulia dan berkarakter teguh

Almamaterku aku tak dapat membalas jasamu dalam harta dunia tapi hanya Budi dan rasa kualami dan kusumbangkan untukmu!

Namun, aku pun hanya titip  dalam doa bagi para penjasa dan pendidik yang telah berpulang ke pangkuan  ilahi. Terukir patri dalam cinta dan kasih yang tak terbatas.

Jasamu begitu besar nan  dahsyat mengubah karakter anak manusia yang dititipkan Tuhan di atas pundakmu!

Almamaterku, Aku selalu terkenang akan ukiran cintamu yang tak  berhingga sampai akhir hayat! Oh Tuhanku sendengkanlah telinga-Mu untuk almamaterku, SMP Katolik Rosa Mistika Waerana.

Kutitip salam rindu yang tak pernah kembali buat sahabat Romis yang telah berpulang ke tempat abadi.

Biarlah tak lekang karena panasnya gempuran sekolah negeri dan tak lapuk karena hujan badai tropis dan dahsyatnya virus Corona.

Semoga!

Penulis adalah alumni SMP Katolik Rosa Mistika tahun 1979/1980.

 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Reuni SMPK Rosa Mistika Waerana Tahun 2022

Trending Now

Iklan