Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Mengapa Harus Program Guru Penggerak? (Sebuah Ajakan untuk Para Guru)

Suara BulirBERNAS
Friday, November 25, 2022 | 09:35 WIB Last Updated 2023-02-04T03:19:09Z
Mengapa Harus Program Guru Penggerak? (Sebuah Ajakan untuk Para Guru)
Mengapa Harus Program Guru Penggerak? (Sebuah Ajakan untuk Para Guru)



Bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional (HGN), 25 November 2022, para Calon Guru Penggerak (CGP) diminta untuk membuat refleksi sederhana sekaligus sebuah ajakan bagi semua guru untuk bergabung dalam program Guru Penggerak.


Salah satu pertanyaan yang direnungkan adalah apa alasan atau hal apa yang mendasari mengapa Bapak/Ibu mengikuti seleksi calon guru penggerak?


Baca: Manusia Sebagai Mahluk Otonom: 2) Bersikap Kritis dan Bertanggung Jawab terhadap Pengaruh Media Massa


Saya coba menjawab pertanyaan itu melalui tulisan sederhana ini. Tentunya, sebagai guru kita tidak hanya mengajar tetapi terus belajar untuk meningkatkan kompetensi kita sebagai pendidik. 


Program Guru Penggerak, menurut saya, bisa dilihat sebagai wahana untuk mewujudkan spirit belajar tersebut. Lalu, mengapa harus ikut guru penggerak? Saya percaya, dengan mengikuti program guru penggerak ini akan menjawab keresahan yang saya alami dalam proses pembelajaran. Melalui program Guru Penggerak, saya bisa berkolaborasi dengan guru-guru hebat dari sekolah lainnya. Kita bisa saling berbagi praktik baik.


Selanjutnya, apa keuntungan dan nilai positif menjadi Guru Penggerak? Saya berpikir, selain menjadi agen perubahan dalam dunia pendidikan, saya bisa membangun komunitas atau ekosistem pembelajaran yang berfokus pada kebutuhan peserta didik di sekolah. Selain itu, saya mendapat banyak hal baru dari program Guru Penggerak yang bisa meningkatkan kompetensi professional saya sebagai seorang pendidik.


Berikut ini, saya mengungkapkan semacam estimoni dan ajakan mengikuti Calon Guru Penggerak. Menjadi calon guru penggerak adalah pengalaman dan bisa juga dilihat sebagai prestasi yang luar biasa. 


Setelah kita bergelut dengan berbagai aktivitas yang padat, saya merasa bahwa rasa lelah, bingung, dan stress,  terkikis dengan sendirinya karena banyaknya ilmu yang kami peroleh. Pada bagian awal modul, dimulai dengan filosofi Ki Hadjar dewantara. Terus terang, pada bagian ini  seakan menampar dan menyadarkan saya tentang peran saya sebagai pendidik.


Dengan semboyannya “Ing ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”, menjadi titik awal bagi saya  sebagai agen perubahan atau transformasi dalam bidang pendidikan. Belajar tentang nilai dan peran guru penggerak seakan menyadarkan saya akan peran saya sebagai guru menuntun bukan menuntut. 


Baca: Pengelolaan Pendidikan Berbasis Data


Visi guru penggerak membantu saya untuk mewujudkan peserta didik yang cerdas dan berkarakter sesuai profil pelajar Pancasila. Saya belajar bersama rekan CGP lainnya terutama soal bagaimana peran guru penggerak dalam membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid sesuai Filosofi KI Hadjar Dewantara. 


Kami percaya bahwa anak lahir dengan keunikan masing – masing. Sebagai pendidik, kita punya kewajiban untuk memastikan semua peserta didik kita mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dengan cara terbaik yang sesuai dengan kebutuhan belajar mereka. Istilah teknisnya adalah pembelajaran berdiferesnsiasi.


Pembelajaran berdiferensiasi memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut.


Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran, tapi juga fokus pada proses dan konten/materi. Lewat pembelajaran berdiferensiasi, murid – murid tidak hanya memaksimalkan potensi mereka, tetapi mereka juga dapat belajar tentang nilai–nilai kehidupan yang penting.


Nilai–nilai tentang indahnya perbedaan, menghargai makna baru dari kesuksesan, kesempatan yang setara dalam suasana kemerdekaan belajar, dan nilai penting lainnya yang membantu dalam perkembangan diri mereka secara holistik. 


Pada modul berikutnya, kami coba mendalamai model pembelajaran sosial-emosional. Pembelajran model ini terintegrasi dalam pembelajaran yang berdiferesnsiasi. Bentuk kegiatannya adalah projek riil yang bersifat kolaboratif. Para peserta didik diarahkan untuk bekerja sama dan membangun relasi yang positif dengan sesamanya. Dengan itu, dimensi sosial dan emosi mereka, bisa terbentuk dengan baik.


Selain itu, saya juga mendapat materi tentang ‘coaching’. Dalam pembelajaran ini, seorang guru memberi bantuan kepada peserta didik agar keluar dari persoalan yang dihadapinya. Intinya adalah anak didik memiliki potensi yang perlu mendapat perhatian dari guru. Melalui coaching ini, diharapakan peserta didik bisa menemukan potensi dirinya untuk dikembangkan secara kreatif.


Sebagai seorang CGP, saya juga mendapat materi soal pengambilan keptusan secara efektif. Hal ini sangat penting sebab CGP penggerak itu mesti tampil sebagai pemimpin yang bisa menggerakan peserta didik dan juga sesama guru. Pengambilan keputusan itu harus dilihat dari berbagai sisi, agar tidak ada yang dirugikan. 


Selanjutnya, saya juga mendapat pencerahan soal nilai guna dari asset atau sumber daya yang ada di sekolah. Jika selama ini, kita cenderung melihat keberadaan asset itu dari sisi kekurangan, maka dalam materi ini, justru asset itu sebagai peluang dan modal untuk dikembangakan demi kemajuan sekolah.


Cara pandang positif terhadap ‘sumber daya’ itu, bisa menjadi bekal berharga dalam merancang kegiatan pembelajaran yang berdampak pada murid. Mengapa? Kita bisa memanfaatkan pelbagai asset atau sarana yang ada untuk dijadikan media pembelajaran yang menarik bagi peserta didik. Kita mendesain dan mengeksekusi pembelajaran yang berbasis sumber daya yang riil di sekolah.


Baca: SDI Bangka Keli Meraih Juara 1 Lomba Cerdas Cermat (LCC) Tingkat Kecamatan


Dari catatan reflektif ini, saya mengajak para guru hebat (great teacher) di Indonesia, untuk bergabung dalam program Guru Penggerak (GP). Hemat saya, program GP ini sangat membantu kita untuk memahami, menerjemahkan, dan melaksanakan secara utuh Kurikulum Merdeka Belajar yang sedang diterapkan saat ini.


Akhirnya, dari SMK Stella Maris, saya mengucapkan selamat merayakan Hari Guru Nasional (HGN) untuk semua guru umumnya, dan guru-guru yang berkarya di Manggarai Barat (Mabar) khususnya. Semoga HGN tahun ini menjadi momentum kebangkitan guru untuk menjadi 'pemimpin hebat' dalam proses pembelajaran melalui program Guru Penggerak.



Oleh: Lusiana Frince, S. Pd*

*Penulis adalah Calon Guru Penggerak, angkatan V. Saat ini, staf pengajar di SMK Stella Maris.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Mengapa Harus Program Guru Penggerak? (Sebuah Ajakan untuk Para Guru)

Trending Now

Iklan