Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Agar Mereka Menjadi 'Pelaut Profesional' (Catatan Pembekalan Prakerind Program NKPI dan Keterlibatan Orantua)

Suara BulirBERNAS
Thursday, February 2, 2023 | 11:38 WIB Last Updated 2023-02-02T08:14:27Z

Oleh: Sil Joni*


Agar Mereka Menjadi 'Pelaut Profesional' (Catatan Pembekalan Prakerind Program NKPI dan Keterlibatan Orantua)
Agar Mereka Menjadi 'Pelaut Profesional' (Catatan Pembekalan Prakerind Program NKPI dan Keterlibatan Orantua)



Potensi sumber daya laut kita, sebenarnya sangat mengagumkan. Namun, mayoritas orang muda di wilayah ini belum tertarik dan mampu untuk mengais untung dari keberadaan stok kekayaan yang melimpah itu. Laut belum menjadi 'ladang' untuk mengubah kondisi kehidupan ekonomi.


Baca: "Guru Penggerak": Motor Penggerak Gerakan Literasi


Aktivitas penangkapan ikan selama ini masih bersifat konvensional. Mereka yang berprofesi sebagai 'pelaut/nelayan', bisa dihitung dengan jari. Mereka menekuni pekerjaaan itu bukan karena memiliki 'keahlian', tetapi karena kondisi dan warisan dari leluhur. Maksudnya, jika leluhurnya menjadi nelayan dan hidup di tepi pantai, maka keturunan mereka cenderung meneruskan pekerjaaan semacam itu.


Menjadi 'pelaut' sepertinya bukan 'buah' dari sebuah upaya sistematis, dalam arti seseorang 'dipersiapakan secara matang dan berkompeten' untuk menekuni profesi itu. Sadar akan kenyataan itu, maka lembaga pendidikan yang berorientasi pada cita-cita menghasilkan kader pelaut yang profesional dan terampil, coba membuat terobosan demi terobosan. Salah satunya adalah membuka Program Studi (Prodi) Kelautan dan Perikanan di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).


Para siswa akan diarahkan dan dibantu untuk menjadi 'pelaut modern'. Mereka mesti memiliki sejumlah kecakapan praktis dan teknis untuk menjadi nelayan yang berkompeten dan profesional. Untuk itu, pola pembeljaran di SMK mesti mengarah pada peningkatan keterampilan yang produktif. 


Kita tahu bahwa teori tanpa praktek itu, besar kemungkinan berujung mandul. Sementara itu, praktek tanpa basis teoretis yang kokoh, bisa kehilangan arah (disorientasi). Karena itu, idealnya adalah antara teori dan praktek itu harus sejalan dan seimbang.


Baca: Dapur Baik, Disiplin Baik (Pasukan 'Siap Tempur' di Dapur dalam Acara Syukur Pelantikan Kades Nggorang)


Prinsip keseimbangan antara pembelajaran teoretis dan pembalajaran berbasis praktek, menjadi panduan utama bagi SMK dalam mengimplementasikan desain kebijakan formalnya di sekolah. Bahkan, kalau mau jujur, justru pembelajaran berbasis praktik yang bermuara pada uopaya peningkatan keterampilan dan kreativitas peserta didik, mendapat porsi perhatin lebih di SMK.


Tegasnya, proses pembelajaran di SMK 'tidak sama' dengan SMA. Jika pembelajaran di SMA lebih banyak berorientasi pada peningkatan aspek kognitif-intelektual peserta didik, maka pembelajaran di SMK cenderung memperhatikan aspek peningkatan skill peserta didik pada bidang tertentu. Dengan perkataan lain, pembelajaran di SMA  cenderung teoretis-konseptual, sedangkan pembelajaran di SMK lebih berorientasi praksis atau keterampilan.


Perbedaan ini, tentu saja tidak terlepas dari 'orientasi dan visi' dari masing-masing lembaga itu. Kita tahu bahwa SMK merupakan sekolah yang secara khusus mempersiapakan peserta didik untuk langsung bekerja di dunia usaha dan industri (DUDI) serta kalau dapat bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. 


Oleh sebab itu, proses pembelajaran di SMK lebih berorientasi pada praktek agar peserta didik benar-benar terampil dan berkompeten guna memenuhi permintaan dan kebutuhan DUDI. Umumnya, skema kurikulum SMK lebih didominasi oleh aktivitas praktikum, baik di sekolah maupun di DUDI.


Untuk mencapai 'idealisme' semacam itu, selain menginisiasi dan mengkreasi proses pembelajaran berbasis industri (teaching factory), kurikulum SMK juga memberi kesempatan khusus bagi siswa untuk 'belajar langsung' di DUDI. Pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan keterampilan dan kompetensi teknis-praktis siswa itu, tidak lagi berlangsung di kelas, tetapi di perusahaan yang konek dengan program keahlian yang digeluti di sekolah.


Masa di mana para siswa 'terjun langsung ke DUDI" itu, dalam kurikulum resmi SMK dikenal dengan sebutan 'Praktek Kerja Industri (Prakerind). Dalam kurukulum sebelumnya, masa prakerind ini berlangsung tiga (3) bulan. Tetapi, rupanya dari pengalaman selama ini, jangka waktu 3 bulan itu tidak terlalu otpimal dan efektif, sehingga dalam kurikulum yang baru (Kurikulum Merdeka?), sesi Prakerind siswa SMK berlangsung 6 bulan.


Rencananya, untuk program Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI) di SMK Stella Maris Labuan Bajo, para siswa/siswi Kelas XI akan mengikuti Prakerind ini mulai besok, Sabtu (4/2/2023). Mereka akan mengadakan Prakerind di Pulau Seraya dan Pulau Boleng. Para 'juragan kapal' dalam survei yang dibuat oleh panitia Prakerind sebelumnya, sudah menyatakan 'siap' untuk menerima para siswa praktek tersebut.


Oleh sebab itu, tim NKPI SMK Stella Maris merasa perlu untuk 'mengundang' para orangtua guna memberikan dukungan dan memberikan perhatian serius bagi para siswa yang melaksanakan Prakerind tersebut. Untuk diketahui bahwa peran orangtua sebagai 'salah satu stakeholder (pemangku kepentingan) bidang pendidikan', diafirmasi dan diakomodasi dengan baik dalam Kurikulum Merdeka. 


Tim NKPI SMK Stella Maris  menyadari bahwa tanggung jawab untuk memperhatikan dan mengontrol anak-anak selama menjalankan masa Prakerind ini, tidak bisa sepenuhnya ditangani oleh pihak sekolah. Kolaborasi atau kerja sama yang positif dengan orangtua murid, menjadi sebuah keharusan. Orangtua, dengan demikian, mesti 'terlibat aktif' dalam mendorong, memperhatikan, dan mengontrol para siswa praktek, agar mereka bisa menyelesaikan program Prakerind ini dengan hasil yang memuaskan.


Hari ini, Kamis (2/2/2023), pertemuan dengan para orangtua wali dari program NKPI, khususnya kelas XI, digelar. Selain dihadiri oleh orangtua atau wali, pertemuan itu juga diikuti oleh semua siswa Kelas XI NKPI, para guru prgram NKPI, Ketua Panitia (Pak Yonas Tanggung), Kepala SMK Stella Maris (Rm. Kornelis Hardin, Pr), Wakil Kepala SMK Stella Maris dan Kepala Urusan (Kaur) Kurikulum, Pak Benyamin Jemat, S. Pd. 


Baca: Profesionalisme Guru Di Persimpangan Jalan (Refleksi Peran Guru di Akhir Tahun 2022)


Kendati cuaca relatif kurang bersahabat, pertemuan ini berhasil dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diharapakan. Para orangtua yang hadir dalam 'rapat terbatas' ini, tampak 'antusias dan siap' mendukung pihak sekolah dalam menyukseskan kegiatan Prakerind yang untuk tahap pertama ini berlangsung 3 bulan ke depan.


Ada banyak masukan, catatan, komentar, harapan dan kritikan yang terlontar dalam ruang pertemuan itu. Saya kira, semua itu, semata-mata agar Prakerind ini benar-benar membawa dampak positif bagi siswa. Para orangtua dan para guru mengharapakan agar para siswa bisa 'mendapat banyak hal' dalam Prakerind, terutama hal-hal yang berkaitan dengan perubahan dan peningkatan keterampilan dan kompetensi siswa dalam bidang keahlian yang ditekuninya.


Mereka juga, tampak tidak keberatan untuk 'menadatangani Surat Pernyataan' terkait dengan model keterlibatan mereka dalam mendukung kegiatan Prakerind ini. Saya menangkap kesan bahwa sebenarnya orangtua begitu total dan tulus dalam mendukung anaknya dan setiap kebijakan yang diambil pihak sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, termasuk pembelajaran yang berlangsung di DUDI.



*Penulis adalah warga Mabar. Tinggal di Watu Langkas.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Agar Mereka Menjadi 'Pelaut Profesional' (Catatan Pembekalan Prakerind Program NKPI dan Keterlibatan Orantua)

Trending Now

Iklan