Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Penguatan Seksi-Seksi Rumpun Pewartaan, Puspas Keuskupan Ruteng Adakan Pelatihan Trampil Berkatekese dan Berpastoral Melalui Media Digital

Suara BulirBERNAS
Monday, February 27, 2023 | 03:53 WIB Last Updated 2023-02-26T23:32:38Z

Oleh: Nasarius Fidin


Penguatan Seksi-Seksi Rumpun Pewartaan, Puspas Keuskupan Ruteng Adakan Pelatihan Trampil Berkatekese dan Berpastoral Melalui Media Digital
Penguatan Seksi-Seksi Rumpun Pewartaan, Puspas Keuskupan Ruteng Adakan Pelatihan Trampil Berkatekese dan Berpastoral Melalui Media Digital (dok.: seorang katekis yang ikut pertemuan)




BernasINDO.id - Dalam rangka penguatan seksi-seksi rumpun pewartaan, Puspas Keuskupan Ruteng mengadakan pelatihan trampil berkatekese dan berpastoral melalui media digital di rumah keuskupan di Leda, (25-26 Februari 2023). 


Hampir semua paroki di keuskupan Ruteng mengutus dua orang katekis untuk menghadiri agenda pertemuan tersebut. 


Baca: Menyusuri "Jalan Salib" di Alam Terbuka


Ketua panitia, Romo Stanislaus Harmansi Pr, menerangkan kegiatan katekese APP sangat kontekstual dan urgen demi pembinaan dan pertumbuhan iman umat.  


"Katekese APP selaras dengan program fokus tahunan keuskupan Ruteng dengan kata lain kegiatan katekese umat itu menjadi salah satu program meditasi untuk mensosialisasikan program-program keuskupan sekaligus menggerakan umat supaya terlibat dalam program-program pastoral baik pada tingkat keuskupan, paroki, stasi, ataupun KBG", Romo Stanis, Sabtu, (25/02).


Romo Stanislaus mengajak para fasilitator berkatekese di setiap KBG untuk perwujudan sub tema tahun pastoral 2023 yakni ekonomi berkelanjutan, sejahtera, adil dan ekologis/ekonomi sains.


“Tahun 2023 ini kita mendukung sub tema pastoral, bahan katekese kita akan bergerak pada empat sub tema tersebut yakni ekonomi yang menyejahterakan, ekonomi berdimensi adil, ekonomi berdimensi ekologis, dan etos ekonomi berkelanjutan. Ini akan didalami dalam kegiatan katekese di setiap KBG di paroki kita”, terangnya.  


Lebih lanjut romo yang berkarya di puspas keuskupan Ruteng itu menerangkan metode katekese kepada para katekis yang hadir dalam pertemuan tersebut.  Selain itu, romo Stanis juga menegaskan pentingnya pendalaman dokumen dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya kontekstual. 


“Fasilitator memberikan beberapa pertanyaan tanpa menyebut angka dan pertanyaan-pertanyaan tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi dalam kegiatan katekese” ujarnya. 


Seusai sesi tanya jawab, kata romo Stanis, fasilitator mengajak umat untuk menimba inspirasi dari Kitab Suci, seperti membaca firman Tuhan dan merenungkannya. 


Pada bagian penutup, romo menyampaikan pentingnya rumusan simpul yang berupa ajakan atau tawaran agar umat menjadi pendengar dan pelaku sabda Allah. 


“Fasilitator perlu menyampaikan rumusan kata penutup tetapi itu bersifat tawaran, fasilitator juga bisa membuat sendiri sesuai situasi dan kondisi”, jelasnya. 


Romo Stanis mengajak para katekis merencanakan dan menuntun semua peserta katekese untuk menentukan tindakan konkret.  


“Pada bagian penutup ini fasilitator menuntun para peserta untuk menentukan kegiatan konkret. Pilihan kegiatannya sudah disiapkan. Diharapkan untuk memilih dari daftar kegiatan yang ada dalam teks karena semuanya berisi kegiatan yang diharapkan untuk dibuat pada tahun ekonomi berkelanjutan 2023”, tutupnya. 


Berpastoral Melalui Media Digital


Pada sesi ini, Sekjen keuskupan Ruteng, romo Manfred Habur Pr menerangkan pengetahuan tentang cara berpastoral melalui media digital. Hemat romo Manfred tersebut, ada tiga karakteristik budaya digital yakni pertama, digitalisasi dan konversi. Kedua, Interaktif dan saling terkait. Di era digital ini, komunikasi sosial nampak lebih dialogis interaktif dan saling terhubung satu sama lainnya. Ketiga, Virtual dan mendunia. Komunikasi melalui media digital sangat mudah, cepat dan mendunia. Dunia benar-benar dalam satu genggaman. 


Baca: Susunan Perayaan Ekaristi HUT ke-2 SMK Negeri 1 Satarmese


Terkait karakteristik tersebut, kata romo, Gereja memiliki sikap dan peluang dalam katekese digital. 


"Gereja memiliki sikap arsetif terhadap kemajuan teknologi yakni rispek sekaligus berkomitmen untuk menggunakannya secara tepat dan bertanggungjawab. Gereja juga memandang media digital dan media komunikasi pada umumnya sebagai medan perjumpaan untuk mengkomunikasikan sabda Allah", katanya. 


Sekjen keuskupan Ruteng itu mengutip kata-kata Paus Fransiskus terkait media digital  agar Gereja berkarya dengan memanfaatkan media digital. 


"Marilah kita berkarya dengan memanfaatkan internet. Nikmati perjumpaan insani dengan kesantunan, kebahagiaan, solidaritas, dan kelemahlembutan. Hadirkan kasih dalam jejaring sosial daring sebagaimana Gereja sendiri adalah sebuah jejaring yang diikat dan diteruskan melalui Ekaristi", kata-kata Paus Fransiskus yang dikutip romo Manfred.


Gereja memiliki dua perspektif tentang media digital yakni pertama, perspektif instrumentalisasi. Perspektif ini terkait kesadaran Gereja mengenai internet sebagai instrumen yang andal untuk pewartaan Sabda Allah demi pendidikan iman. Kedua, Perspektif perjumpaan,  bahwa Gereja menyadari media digital sebagai tempat perjumpaan manusia dengan kebudayaan. 


Selain itu, romo Manfred juga menerangkan tiga peran teknologi digital sebagai media komunikasi, pembangunan komunitas dan proses pemuridan. 


"Teknologi digital dapat mengembangkan komunikasi, termasuk katekese sebagai komunikasi iman. Teknologi juga dapat membangun komunitas. Teknologi digital telah memungkinkan ikatan komunitas virtual bagi umat yang lebih besar yang tidak menuntut kedekatan secara fisik. Selain itu, teknologi digital dapat mendorong pemuridan; teknologi yang memungkinkan komunikasi dan pengembangan komunitas yang lebih besar pada gilirannya dapat mendorong proses pemuridan yakni proses pendewaan iman dan kesediaan untuk menjadi saksi Kristus di era digital", ungkapnya. 


Lebih lanjut romo Manfred mengungkapkan hakekat katekese digital yang merupakan proses pengintegrasian budaya digital dalam komunikasi iman dengan wahana virtual sebagai instrumennya. Katekese digital berusaha mengembangkan pola inkarnatoris dalam pewartaan nilai-nilai spiritual. 


Tidak hanya penjelasan soal hakekat, romo juga mensharingkan bahasa katekese digital yang lebih mengedepankan bahasa simbolik. 


"Generasi digital lebih suka dengan bahasa simbolis yang bersifat mengajak, menggetarkan hati, dan penuh dengan resonansi. Dengan bahasa simbolis, iman tidak hanya sekedar menjadi akumulasi pengetahuan melainkan menjadi proses interioritas pribadi. Dalam masa sekarang ini, iman yang meresapi khasana interioritas pribadi akan bertahan dan menjadi penyokong pertumbuhan menuju kematangan kristiani" ujarnya. 


Baca: Berjalan Bersama, Bersama Bersukacita


Pada bagian berikutnya, romo Manfred menjelaskan metode yang bersifat simbolik seperti naratif, testimoni, film/drama, gambar slide, musik dan lagu.


Hal yang tidak kalah penting, hemat romo, terkait aspek pedagogi katekese digital yakni pendekatan atau adaptasi lebih partisipatif yang tidak terlalu mementingkan titel, status dan fungsi-fungsi khusus dalam masyarakat. 


"Pedagogi katekese digital mengutamakan pedagogi partisipatif. Dia menekankan karakter pemberdayaan, interaksi interpersonal dan komunikasi multilinear, horizontal dan dialogis di mana semua peserta katekese bahkan dalam peran yang berbeda menjadi tokoh utama tindakan dan hubungan atau jejaring sosial", jelasnya.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Penguatan Seksi-Seksi Rumpun Pewartaan, Puspas Keuskupan Ruteng Adakan Pelatihan Trampil Berkatekese dan Berpastoral Melalui Media Digital

Trending Now

Iklan