Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Penelitian Tindakan Kelas

Suara BulirBERNAS
Saturday, March 11, 2023 | 11:11 WIB Last Updated 2023-03-11T04:31:10Z

Oleh: Yuliana Ndiru


Penelitian Tindakan Pramuka
Penelitian Tindakan Pramuka (foto ist.)




Dalam pembukaan UUD 1945, salah satu aspek penting yang ingin dicapai adalah mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Salah satunya adalah aspek pendidikan. Fokus utama dalam penelitian ini lebih kepada penelitian Tindakan kelas. 


Baca: Gelar KMD Mandiri Kwarran Satarmese Barat, Begini Kata Ketua Kapusdiklat dan Kwarcab Manggarai


Kualitas Pendidikan nasional masih memprihatinkan dibandingkan dengan negara-negara Eropa dan Asia. Oleh karena itu, perbaikan sistem pendidikan nasional itu sangat diperlukan agar kualitas pendidikan meningkat. Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan nasional adalah dengan meningkatkan profesionalitas guru. 


Peningkatan profesionalitas guru ditandai dengan peningkatan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yakni komptensi pedagogik yang berkaitan dengan  pengelolaan peserta didik, komptensi sosial yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi, komptensi personal yang berkaitan dengan kemampuan guru untuk memiliki kepribadian yang arif, dan kompetensi profesional yang berkaitan dengan kemampuan guru untuk menguasai pengetahuan dan peningkatan kualitas pembelajaran. 


Dengan melakukan penelitian Tindakan kelas, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui kajian terhadap apa yang dilakukan di kelasnya. Penelitian Tindakan kelas bermaksud untuk menelaah profesionalitas kinerja guru. Kegiatan ini bermuara pada peningkatan kualitas Pendidikan Nasional. Locus atau tempat utama penelitian ini adalah sekolah di pedalaman secara umum dan Pelajaran Agama Katolik kelas 5 SDI Golo Roke secara khusus, Manggarai Timur, Flores, NTT secara khusus.


Kata Kunci: Kualitas Pendidikan, Profesionalitas, Komptensi Guru, Penelitian Tindakan Kelas. 


Pendahuluan


Dalam UU No. 14 tahun 2005 mengatur profesionalitas guru. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, guru dituntut untuk memiliki beberapa kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, komptensi sosial, komptensi personal, dan komptensi profesional. 


Komptensi pedagogik berkaitan dengan kemampuan guru untuk mengelola peserta didik, komptensi sosial berkaitan dengan kemampuan guru untuk menjadi bagian dari masyarakat, Guru dituntut untuk mampu berkomunikasi secara efektif baik pada peserta didik, sesama guru, tenaga Pendidikan, orang tua peserta didik, maumpun masyarakat. 


Komptensi personal merupakan kemampuan guru untuk memiliki kepribadian yang mantap, arif dan dewasa. Komptensi ini berakitan dengan keteladanan. 


Baca: Gerakan Pramuka Kwartir Cabang 2412 Manggarai Pusat Pendidikan Dan Latihan Cabang “Golo Lusang”


Sedangkan, komptensi profesional berakitan dengan kemampuan kemampuan guru untuk menguasai pengetahuan dari bidang studi yang diajarkan secara luas dan mendalam, serta kemampuan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya. 


Peningkatan pembelajaran seorag guru dapat dilakukan melalui Penelitian Tindakan kelas. Dengan demikian, pembelajaran ini menjadi lebih efektif. Penelitian Tindakan kelas sangat kondusif agar membuat seorang guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. 


Guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang guru dan siswa lakukan. Penelitian Tindakan kelas meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang sudah dikerjakannya selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun dia bisa menmeptkan dirinya sebagai peneliti di bidangnya. 


Guru mampu memperbaiki dan mengevaluasi pengkajian mendalam terhadap apa yang dilaukan di kelasnya. Dan, penelitian Tindakan kelas tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. 


Metode Penelitian 


Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menemukan metode terbaik dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar Pelajaran Agama siswa kelas 5 SDI Golo Roke.


Penelitian ini dilakukan di SDI Golo Roke. Alasan utama pemilihan SDI Golo Roke adalah karena penulis mengajar di sekolah ini dan sudah mengenal dengan baik lingkungan sekolah ini. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada bulan oktober sampai dengan Maret 2023. 


Dari permasalahan yang dikemukakan di atas jenis metode yang digunakan dalam penelitaian tindakan kelas (class room action research) dengan menggunakan metode kualitatif yang sifatnya terbatas, di mana peneliti terlibat langsung di dalamnya sebagai partisipan. 


Peneliti terlibat langsung dan turun ke lapangan sebagai sebuah bentuk partisipasi dari metode tindakan kelas. Metode yang digunakan juga adalah guru menggunakan Audi-Visual. 


Hasil Dan Pembahasan


Pengertian


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu kegiatan penelitian yang bekonteks kelas yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru dalam pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. 


PTK merupakan kegiatan penelitian yang dapat dilakukan secara individu maupun kolaboratif. PTK individu merupakan penelitian di mana seorang guru melakukan penelitian di kelasnya maupun kelas guru lain (sampelnya adalah SDI Golo Roke, Manggarai Timur). Penelitian kolaboratif adalah peneliian bersama antara sesama guru untuk mengamati kegiatan. 


Tujuan PTK


PTK yang dilaksanakan oleh guru mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:


  1. Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.
  2. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
  3. Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu.
  4. Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.
  5. Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.
  6. Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.
  7. Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi.


Pengembangan Desain PTK


Langkah awal yang harus ditempuh oleh peneliti dalam melakukan PTK adalah mengidentifikasi dan memformulasi masalah. Masalah yang dapat diangkat dalam PTK adalah masalah yang mempunyai nilai, yang bukan masalah sesaat dan memungkinkan diperolehnya model tindakan yang efektif untuk memecahkan masalah tersebut. Masalah merupakan kesenjangan antara teori dan fakta yang dirasakan dalam proses pembelajaran, yang memungkinkan untuk dicarikan alternatif pemecahannya melalui tindakan konkrit yang dapat dilakukan oleh guru dan peserta didik. Permasalahan yang dapat diangkat dalam PTK meliputi:


  1. Metode mengajar, mungkin mengganti metode tradisional dengan metode penemuan.
  2. Strategi belajar, menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran daripada satu gaya belajar mengajar.
  3. Prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian kontinyu/otentik. Penanaman atau perubahan sikap dan nilai, mungkin mendorong timbulnya sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan.
  4. Pengembangan profesional guru misalnya meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diri.
  5. Pengelolaan dan kontrol, pengenalan terhadap pada teknik modifikasi perilaku. Administrasi, menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah.


Langkah berikutnya adalah mengembangkan desain PTK. Model-model PTK yang dapat dikembangkan diantaranya model Kurt Lewin, model Kemmis & McTaggart, model John Elliot dan masih banyak lagi model yang merupakan pengembangan dari model-model tersebut. Dalam kesempatan ini akan dibahas mengenai model Kurt Lewin dan Kemmis & McTaggart.


Desain PTK model Kurt Lewin


Model ini menjaadi acuan pokok dari model PTK yang lain. Kurt Lewin inilah yang pertama memperkenalkan adanya penelitian tindakan. Konsep PTK Kurt Lewin terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Desain Kurt Lewin dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:


Penelitian Tindakan Pramuka


Desain PTK model Kemmis & McTaggart


Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Dalam Kemmis & McTaggart komponen acting (tindakan) dan observing (pengamatan) dijadikan satu kesatuan. Hal ini didasari bahwa pada kenyataannya penerapan tindakan dan pengamatan tidak dapat dipisahkan.


Baca: Perjumpaan dengan Yohanes Rumat, Kepala Sekolah SMK Alam Lestari “Kami Seakan Mendapat Nutrisi Untuk Terus Mengabdi”


Dua kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Keempat komponen dalam model Kemmis & McTaggart dipandang sebagai suatu siklus, dalam hal ini merupakan suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan observasi dan refleksi.


Berdasarkan refleksi kemudian disusun rencana (perbaikan), tindakan dan observasi serta refleksi, demikian seterusnya. Banyaknya siklus tergantung pada permasalahan yang dipecahkan.


Pengembangan model PTK dapat dilakukan berdasarkan permasalahan yang dihadapi peneliti dai lapangan ataupun didasarkan pada pemahaman dan kemampuan peneliti terhadap suatu model. Hal-hal yang harus dilaksanakan adalah:


  1. Menemukan ide awal yang menemukan gagasan yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah. Ide awal berupa upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasai masalah. Dengan penerapan PTK sebenarnya peneliti mau berbuat apa.
  2. Melakukan prasurvey yaitu mengetahui secara detail kondisi kelas yang akan diteliti. Hal ini tidak perlu dilakukan bagi guru yang akan meneliti kelas yang diajarnya, karena dengan mengajar tentu ia sudah sangat memahami kondisi kelas tersebut. Prasurvey dilakukan jika peneliti tidak mengajar pada kelas yang diteliti.
  3. Mendiagnosis bahwa ada dugaan sementara mengenai timbulnya permasalahan di dalam kelas. Diagnosis dilakukan oleh peneliti yang tidak biasa mengajar kelas yang akan diteliti. Hasil diagnosis akan menentukan perancangan strategi pembelajaran, media materi dan lain-lain yang terkait dalam kegiatan belajar mengajar.
  4. Menentukan perencanaan yang meliputi perencanaan berkaitan dengan rancangan keseluruhan aspek dalam PTK dan rencana khusus yang barkaitan dengan rancangan siklus per siklus. Hal-hal yang direncanakan kurang lebih sama dengan apabila guru menyiapkan suatu kegiatan belajar mengajar.
  5. Implementasi tindakan yaitu realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan meliputi strategi yang akan digunakan, materi yang akan disampaikan dan sebagainya.
  6. Pengamatan yaitu observasi dan monitoring yang dapat dilakukan sendiri oleh peneliti mapun kolaborator. Monitoring merupakan bagian dari fungsi meneliti dalam PTK. Peran monitoring adalah untuk mengenali dan mengevaluasi perkembangan yang terjadi akibat tindakan yaitu mengenali apakah pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana tindakan dan apakah telah terjadi peningkatan denganadanyan tindakan. Teknik yang dilakukan dapat berupa pengamatan dengan pedoman, tes, catatan lapangan, analisis dokumen, portofolio, angket, wawancara, perekaman, dan sosiometri.
  7. Refleksi yaitu upaya evaluasi yang dilakukan oleh kolaborator dan partisipan yang terkait dengan PTK yang dilaksanakan. Berdasarkan refleksi kemudian dilakukan perbaikan tindakan (siklus berikutnya).


Berdasarkan hasil penelitian dalam penelitian ini di SDI Golo Goke yang telah dilaksanakan di Penelitian Tindakan Kelas dapat disimpulkan beberapa hal:


  1. Proses pembelajaran Tindakan Kelas menggunakan media audio-visual dan variasi pembelajaran banyak didominasi oleh peserta didik. Guru perlu meninggalkan  metode klasik atau konvesional. Dengan kata lain, metode yang menganggap guru adalah gudang pengetahuan dan murid adalah kertas kosong yang harus diisi dengan pengetahuan.
  2. Aktivitas belajar siswa dalam proses media audio-visual menunjukkan adanya peningkatan ke arah yang lebih baik dengan suasana belajar terlihat lebih aktif. 


Rekomendasi


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:


  1. Kepala Sekolah hendaknya memberikan motivasi kepada guru untuk memberikan variasi dan kreativitas menggunakan teknologi melalui media audio-visual. 
  2. Bagi pengembang kebijakan Pendidikan, dapat meningkan pengelolahan dalam rangkan peningkatan kualitas pembelajaran.
  3. Sebagai pendidik, guru hendaknya menggunakan metode belajar yang membangkitkan motivasi minat serta aktivitas belajar siswa di dalam kelas. 
  4. Dalam proses pembelajaran, penerapan media pembelajaran harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang diajarkan. 
  5. Rekomendasi berikutnya adalah bagi calon-calon guru, siswa bukan kertas kosong dan guru adalah sumber atau gudang pengetahuan. Tugas guru adalah memantik semangat siswa untuk inovatif dan kreatif dalam pembelajaran. Sehingga, hard skill dan soft skill siswa SD sudah disiapkan sedini mungkin. Mereka sudah dilatih untuk bisa berpartisipasi sedemikian rupa. 
  6. Dalam metode konvesional, guru adalah fasilitator atau guru sebagai Gudang ilmu yang banyak berbicara daripada peserta didik atau ssiwa. Dalam metode sekarang yang penulis tawarkan melalui media power point, guru adalah mentor yang baik yang mampu mengarahkan dan membiarkan siswa lebih banyak aktif dan kreatif dalam Proses Belajar Mengajar (KBM). 


Daftar Pustaka 


Departemen Pendidikan Nasional. 1999. Penelitian Tindakan (Action Research). Bahan Pelatihan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 


Rustam, Mundilarto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. diakses dari www.klinikpembelajaran.com pada tanggal 17 November 2007.


Widayati, Ani. “Penelitian Tindakan Kelas”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VI No. 1 – Tahun 2008 Hal. 87 - 93

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Penelitian Tindakan Kelas

Trending Now

Iklan