Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Dari Altar Menuju Pasar: Sebuah Panggilan Politik Ala Fransiskus Kurniandi Tulis

Suara BulirBERNAS
Friday, October 6, 2023 | 06:46 WIB Last Updated 2023-10-06T00:03:35Z
Dari Altar Menuju Pasar: Sebuah Panggilan Politik Ala Fransiskus Kurniandi Tulis
Dari Altar Menuju Pasar: Sebuah Panggilan Politik Ala Fransiskus Kurniandi Tulis



Panggilan setiap pemuda Katolik adalah untuk terlibat dalam Politik. “Pemuda Katolik perlu mengikuti perkembangan zaman,” demikian Fransiskus Kurniandi Tulis, S.H melantangkan, “Pro Patria et ecclesia”. Sebagai Caleg DPRD Kab Tangerang, beliau menghimbau agar anak muda Katolik Tangerang terlibat dalam politik. Politik perlu dilihat dari kacamata positif. 


Baca: Revolusi Politik Menuju Indonesia Emas 2045


Politic is holy,” semboyan Politik Kurniandi Tulis untuk menerobos konsep yang keliru tentang politik yang kotor. Mengatakan politikus itu kudus, kesannya agak aneh. Keanehan muncul oleh karena politikus selalu diidentikkan dengan orang-orang yang suka bermain kotor dan licik. Kesan itu muncul oleh karena politik selalu dipahami sebagai sesuatu yang kotor bahkan amoral. Itulah sebabnya, mengatakan politikus sebagai orang kudus sangatlah tidak masuk akal dan bahkan kontradiktif.


Pertanyaannya sekarang, apakah mungkin politikus bisa menjadi kudus? Gereja  dengan penuh keberanian menjawab bahwa politikus pun bisa menjadi kudus dalam tugasnya sebagai politisi. Tesis beliau itu didasari pada keyakinan akan panggilan umum manusia untuk semakin menjadi serupa dengan Allah dalam hidup harian, apa pun tugas dan pekerjaannya. Beliau menyoroti kekudusan politikus berdasarkan panggilan Tuhan agar bisa menguduskan dunia. Pemuda Katolik juga perlu mengikuti perkembangan jaman menuju Indonesia emas 2045. 


Situasi Politik Sekarang


Dalam feldgrau, Sartre menulis, “A pale, dull green, unobtrusive strain, which the eye almost expected to find among the dark clothes of the civilians” (pucat, hijau kusam, tidak mencolok, yang hampir diharapkan oleh mata untuk ditemukan di antara pakaian gelap warga sipil). Sebutan orang Prancis bagi orang Jerman adalah les autres, yang lain (the others). Istilah ini yang kelak menginspirasi Sartre dalam aforisme-nya pada drama Huis Clos “I’ enfer, c’est les Autres” (neraka adalah orang lain). 


Baca: PLT Camat Satarmese Barat Pimpin Kegiatan Baksos di Lingkungan Kantor Kecamatan


Relasi para pemimpin dan masyarakat adalah sebuah relasi les autres (orang lain adalah neraka). Relasi ini kerap kali muncul di saat para pemimpin sudah berada di posisi ternyaman. Pada posisi meminang suara rakyat, rakyat selalu dieluk-eluk dan banyak pahlawan baru muncul memperjuangkan kepentingan rakyat. Sebuah peradaban yang buruk bagi generasi muda. Sebuah mazhab yang meninggalkan jejak-jejak kolonialisme dan kepahitan. Sebuah parade politik yang murung dan tengah pucat. 


Wajah politik Indonesia adalah sedang murung. Mengapa? Karena dikendarai oleh orang-orang yang saat lagi PDKT (masa meminang suara) sebagai sosok yang sangat baik. Seorang yang lemah-lembut dan sederhana. Seorang yang yang loyal dengan menghamburkan uang demi kepentingan rakyat. Padahal ini adalah strategi. Sebuah strategi: “do ut des” (memberi untuk mendapat). 


Baca: Catatan Anak Kampung Yang Menjadi Misionaris untuk Pak Gubernur NTT dan Kadis Pendidikan Provinsi NTT


Apalah daya saat sudah mendapatkan hak penuh sebagai sosok pemimpin pilihan rakyat, mimpi-mimpi yang sudah diumbarkan sirna. Mimpi-mimpi hanya menjadi fatamorgana belaka. Terkesan tulisan ini adalah sangat psimistik. Penulis merasa bahwa harusnya semua tulisan berbau politik di Indonesia berbau psimistik, tidak ada optimistik. Kalua pun ada, itu dilakukan oleh orang yang sama-sama sedang ingin medapat jatah di satu sisi atau sedang memperjuangkan keadilan di sisi lain. Aneh bukan? Itulah yang tengah terjadi di negeri ini. 


Politik adalah Sebuah “Panggilan”


Panggilan manusia adalah untuk bekerja sama dengan Allah mewartakan kasih di dunia. Panggilan anak muda pun demikian untuk terlibat dalam dunia. Panggilan pemuda Katolik untuk terlibat dalam politik kasih. Ada sebuah semboyan yang terkenal adalah, “Politik dari altar menuju ke pasar”. Apa yang disabdakan oleh Yesus agar bisa dipraktikkan dalam kehidupan harian. Politik itu perlu dikuduskan oleh orang-orang yang mau sungguh-sungguh terlibat dalam politik. Ini tugas siapa? Ini adalah adalah tugas kita semua. Kalua bukan sekarang, kapan lagi. Kalua bukan pemuda Katolik, siapa lagi yang mau mengembalikan martabat politik itu sendiri


Sekian!



Oleh: Eugen Sardono, M. Fil

Penulis adalah alumnus STF Widya Sasana Malang 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dari Altar Menuju Pasar: Sebuah Panggilan Politik Ala Fransiskus Kurniandi Tulis

Trending Now

Iklan