Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Penerapan Literasi Dalam Pembentukan Karakter Siswa SMPN 5 Borong

Suara BulirBERNAS
Saturday, October 14, 2023 | 20:02 WIB Last Updated 2023-10-14T13:16:36Z

Oleh: Maria Nunik Rahayu

Penulis Adalah Tenaga Pengajar di SMPN 5 Borong


Penerapan Literasi Dalam Pembentukan Karakter Siswa SMPN 5 Borong
Penerapan Literasi Dalam Pembentukan Karakter Siswa SMPN 5 Borong



Abstrak


Tujuan penelitian ini adala untuk melihat pengaruh implementasi budaya literasi terhadap peningkatan karakter siswa SMPN 5 Borong. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya siswa yang belum memiliki kebiasaan membaca buku pelajaran dan buku non pelajaran. 


Baca: Demi Wujudkan Merdeka Belajar dan Merdeka Mengajar, Guru Agama Katolik Jenjang SMA/SMK Sekabupaten Manggarai Gelar MGMP di Ruteng


Jika buku itu jendela dunia maka membaca adalah kuncinya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana Budaya Literasi berdampak pada pembentukan karakter Siswa di SMPN 5 Borong. 


Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan model penelitian studi multi kasus. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. 


Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, analisis lintas kasus dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa budaya literasi di SMPN 5 Borong mempunyai peran yang baik terhadap pembentukan karakter siswa.


Kata Kunci: budaya literasi; karakter; siswa


Pendahuluan


Menurut UNESCO, indeks budaya membaca di Indonesia adalah 0,001 %. Itu artinya di antara seribu orang hanya ada satu orang yang memiliki budaya membaca. Miskinnya budaya membaca disebabkan oleh miskinnya budaya literasi. 


Minimnya budaya literasi akan sangat berpengaruh kepada daya kritis dan selektif siswa. Pendidikan memegang peranan yang fundamental dalam mendukung kemajuan bangsa dalam berbagai bidang. Peningkatan mutu sumberdaya manusia ditentukan oleh kualitas pendidikan yang semakin baik. Sesuai Undang-Undang Dasar No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dapat dilakukan salah satunya yaitu dengan cara penerapan budaya literasi baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.


Baca: Penutupan Jamran 4 Kwarran 1207 di Bawah Panas Matahari, Camat Satarmese Barat Beri Komentar Bernas


Secara tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, literasi dimaknai sebagai kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam konsep literasi, membaca diartikan sebagai usaha untuk memahami, menggunakan, merefleksi, dan melibatkan berbagai jenis teks untuk mencapai tujuan (Apriza, 2019; Selyasari, et al, 2018; Vita & Zainal, 2020). Penguasaan literasi merupakan indikator penting untuk meningkatkan karakter peserta didik. Penanaman literasi sedini mungkin harus disadari karena menjadi modal utama dalam mewujudkan bangsa yang cerdas dan berbudaya (Irianto, et al, 2017). Oleh sebab itu literasi  selayaknya diperluas agar dapat mendidik kepribadian bangsa. 


Konteks   sejarah dan budaya, berbagi dan kreasi, informasi dan data, alat dan sistem  merupakan dimensi sebuah literasi. Melalui pengetahuan terhadap dimensi- dimensi yang dijelaskan tersebut maka dapat diperluas konten materi dan prosedur     pembelajaran literasi di dalam sekolah maupun luar sekolah (Mustofa,2019). Empat makna istilah literasi. Pertama, literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis. Kemampuan dasar ini merupakan prasyarat untuk masuk ke dunia interaksi sosial. 


Kedua, kemampuan membaca, menulis, dan  kompetensi dalam derajat tertentu yang memungkinkan individu berinteraksi dalam  masyarakat yang kompleks. 


Ketiga, literasi merujuk ke seperangkat kemampuan yang lebih tinggi yang memungkinkan seseorang siswa berpartisipasi penuh dalam sistem  sosial, ekonomi, dan politik. Keempat, literasi merupakan karakteristik kelompok  sosial atau kelompok budaya tertentu. Seperti bahasa, literasi adalah variasi praktik-praktik budaya yang dimiliki beragam entitas sosial (Stokes dalam Yanti, 2016).


Penulis melakukan observasi literasi  di SMPN 5 Borong karena kami ingin tahu bagaimana perkembangan penerapan literasi  di sekolah tersebut, apakah literasi  sudah diterapkan dengan baik atau literasi  belum diterapkan. Tujuan utama penelitian adalah dapat mengetahui keadaan literasi  di SMPN 5 Borong.


Literasi di sekolah tersebut terbiasa dengan membaca 5 menit sebelum kegiatan belajar mengajar setiap hari dan membaca bahan bacaan kaya ragam teks seperti karya sastra. Ada juga tenda baca dan Lorong baca sebagai wadah bagi siswa untuk menyerap pengetahuan. Saat ini masih dibuat juga dapur ilmiah sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan. 


Fakta di lapangan setiap harinya sebelum kegiatan belajar mengajar mereka membaca ada yang membaca buku cerita, karya sastra, cerpen puisi, ada juga belajar cerita. Kemudian ditambah penunjang dari buku-buku di perpustakkan, dahulu siswa itu belajar menyimak sedangkan sekarang dengan adanya perpustakaan yang bisa dibilang cukup untuk kemajuan siswa, jadi mereka membaca buku terlebih dahulu kemudian mereka belajar menyampaikan apa yang baru ia dapat dari membaca tersebut apakah sesuai dengan yang ia baca. Di dalam teori membaca bahan bacaan karya ragam teks seperti karya sastra. 


Fakta di lapangan itu sudah berjalan, sebagaimana penulis ketika melakukan observasi lapangan siswa-siswi itu sudah bisa membiasakan membaca berbagai macam buku bacaan karena Lembaga pendidikan juga mendukung adanya perpustakaan, bahkan perpustakaan mini di setiap kelas juga sudah tersedia jadi mereka lebih cepat mengakses karena jangkauanya di lingkungan kelas mereka sendiri. Di dalam teori menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan guru membacakan buku dengan nyaring selama 5 menit sebelum waktu belajar dimulai yang bertujuan untuk merangsang siswa dan siswi untuk gemar membaca dan memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan juga bisa membangun komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Akan tetapi fakta dilapangan ini belum bisa terlaksana, karena kendala waktu atau masih belum bisa membagi waktunya kalau dilaksanakan itu sudah memakan waktu jam pelajaran. Pemajangan  karya peserta didik di area sekolah itu menurut teori mencerminkan budaya literasi sudah melekat di sebuah sekolah. 


Baca: Pengalaman Baru Andik-Andik Gudep SDI Wongka dalam Jamran 4 Kwarran 1207 Sabar Tahun 2023


Fakta di lapangan di kelas model setiap kali pertemuan siswa diberi tugas khusus yang masih ada kaitannya dengan mata pelajaran yang diajarkan, ini berlaku juga di kelas non-model untuk mengerjakan apa yang mereka suka atau apa yang mereka cita-citakan dituangkan ke dalam tulisan berbentuk cerita atau bisa juga menggambar, setelah selesai maka siswa memajang hasil pekerjaan itu baik berbentuk cerita, pantun, atau gambar yang ia tempel di depan kelas di samping papan tulis itu sudah disediakan oleh sekolah atas anjuran dari tim Sekolah Literasi Indonesia sehingga ada daya tarik sendiri bagi siswa membuat para siswa dan siswi senang ketika apa yang ia kerjakan dipajang didepan kelas tentunya kalau sudah dipajang maka otomatis dengan sendirinya siswa juga akan membaca apa yang ia tampilkan baik dibaca sendiri maupun dibaca teman-temannya. Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan interaksi yang literat yang menjadi indikator terakhir. Pada kennyataan sudah bisa dikatakan siswa siswinya itu memiliki akhlak yang baik terlihat dari mereka yang selalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru. Guru dapat menjadi teladan bagi siswanya agar gemar membaca dengan memberikan contoh yang baik dengan sesama guru.


Metode


Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Metode kualitati adalah metode  penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek  alamiah, di mana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2023 dan bertempat di SMPN 5 Borong. Objek penelitian ini ditujukan kepada siswa SMPN 5 Borong. Teknik penelitian ini sudah menerapkan literasi  misalnya pada saat pembelajaran memperkuat literasi dengan membaca lima menit sebelum Pelajaran. Ada juga tenda baca, Lorong baca dan dapur ilmiah. 


Hasil dan Pembahasan


Literasi di SMPN 5 Borong terbiasa dengan membaca 5 menit sebelum waktu belajar dimulai setiap hari. Membaca bahan bacaan kaya ragam teks seperti karya sastra, di dalam teori bacaan kaya ragam teks itu sebagai salah satu ciri budaya literasi sekolah sudah berjalan denga baik. Akan tetapi fakta di lapangan ialah belum adanya buku bacaan yang lengkap apalagi perpustakaan, gedung sekolah pun masih proses perampungan yang artinya dalam membaca karya sastra belum berjalan. Menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan guru membacakan buku dengan nyaring selama 5 menit sebelum waktu belajar dimulai ini sebagai salah satu teori yang menjadikan sekolah ini sudah berbudaya literasi. Adanya wadah Lorong baca dan tenda baca sebagai sebuah bentuk persiapan bagi generasi muda. Ini pun belum memadai. 


Fakta di lapangan belum bisa melaksanakan kegiatan tersebut karena dari segi ruangan belum memiliki sehingga siswa-siswi menumpang di teras sekolah untuk melaksanakan pembelajaran bilamana menerapkan yang seperti itu akan tidak kondusif. Mengupayakan lingkungan sosial dan efektif sebagai model komunikasi dan interaksi yang literat. Faktanya siswa dan siswi selalu mengucapkan salam apabila bertemu kemudian salaman, guru-guru juga sudah memberikan arahan kepada siswa dan siswinya bahwa harus saling menghormati satu sama lain baik kepada teman apalagi kepada guru, tidak hanya itu guru juga sudah memberikan contoh yang baik kepada anak-anak dengan harapan bisa menjadikan panutan.


Karakter siswa di SMPN 5 Borong menurut teori, siswa dengan karakter yang baik salah satu ciri-cirinya adalah siswa mengerti perbuatan yang baik dan buruk. Yang dimaksud ialah mengerti tindakan apa yang harus diambil serta mampu memberikan prioritas yang baik; contohnya mereka sudah tahu kalau dalam berpakaian yang baik itu bagaimana, kemudian mereka juga ketika berbicara dengan guru harus seperti apa, dan ketika mereka jajan di warung jujur tidak pernah berbohong. Teori juga mengatakan bahwa untuk membentuk karakter siswa harus mempunyai kecintaan kepada kebajikan dan membenci perbuatan buruk. 


Fakta di lapangan yang  diamati siswa dan siswinya sudah mendekati dengan teori di atas karena ketika ada temannya yang tidak bertutur kata yang baik kepada temannya apalagi kepada guru, mereka langsung diingatkan oleh temannya untuk tidak berkata seperti itu karena tidak sopan. Teori yang terakhir yaitu siswa dalam lingkunganya mampu melakukan kebajikan dan terbiasa melakukannya. Fakta di lapangan siswa dan siswinya sudah baik dalam hal pembiasaan yang baik, contohnya seperti yang dikatakan oleh beberapa guru dari dulu sampai sekarang selalu tegur sapa yang baik terutama ketika siswa dan siswi bertemu dengan gurunya walaupun tidak di sekolahan maka mereka dengan duluan dengan lantang mengucapkan salam itu mereka melakukan itu dimana saja ketika bertatapan langsung atau berpapasan dijalan mereka akan mengucapkan salam dan cium tangan.


Karakter siswa di SMPN 5 Borongmenurut teori, siswa dengan karakter yang baik salah satu indikatornya adalah siswa mengerti baik dan buruk. Murid mengerti tindakan apa yang harus diambil serta mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. 


Prestasi siswa di SMPN 5 Borong menurut teori prestasi belajar, hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar yang dinyatakan dalam raport. Faktanya literasi itu sangat mempengaruhi kemajuan siswa-siswi salah satunya dari segi kognitif ada progres ke arah yang lebih baik, memang sekarang tidak ada sistem rangking di kelas karena mereka meliliki potensi yang berbeda, contohnya ada murid yang pandai pelajaran sejarah namun kurang daya serap ingatannya, ada juga yang pandai dalam bidang olahraga tetapai kurang dalam bidang matematika atau sebaliknya, mereka juga memiliki prestasi masing-masing tidak seperti dulu ketika masih ada rengking jadi yang rengking satu itu pintar padahal belum tentu karena anak itu mempunyai keahlian masing-masing tidak bisa disamaratakan anak itu semuanya pintar yang menjadikan beda itu cepat dan lambatnya mereka menerima informasi baru dan mengaplikasikannya dikehidupan. Bukti keberhasilan belajar siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai bobot yang dicapai. 


Faktanya setelah adanya program Sekolah Literasi Indonesia siswa-siswi semangat termasuk juga gurunya, karena guru-gurunya juga merasa ada peningkatan perihal profesionalitas pendidik yang biasanya tidak membuat rpp sekarang membuat rpp, sehingga apa yang diajarkan dan diujikan kepada siswa dan siswi itu sesuai. 


Teori yang terakhir, kesempurnaan seseorang dalam berpikir apabila memenuhi tiga aspek, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. Fakta di lapangan dengan budaya literasi yang sudah berjalan menjadikan siswa dan siswi kaya pengetahuan karena dengan membaca itu membuka jendela dunia. Sedikit demi sedikit siswa-siswi menambah wawasan baik dari segi pengetahuan, kemudian sikap dan keterampilan, siswa-siswi setelah adanya bimbingan dari Sekolah Literasi Indonesia sudah mulai terbiasa maju didepan kelas untuk bercerita.


Prestasi siswa di SMPN 5 Borong menurut teori prestasi belajar, hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar yang dinyatakan dalam raport. Faktanya prestasi siswa di sekolah ini i memang ada korelasinya dengan kegiatan membaca, contoh ada siswa atau siswi yang pintar di kelas maka bisa dipastikan dia yang sudah membacanya lancar karena kalau anak itu sudah bisa membaca dia sudah bisa dengan mandiri mendapatkan informasi dengan membaca. 


A. Keadaan literasi  di SMPN 5 Borong


Kegiatan literasi satuan pendidikan tidak dapat menutup kemungkinan berkolaborasi dengan lembaga, komunitas dan masyarakat lain di luar lingkungan sekolah. Pelibatan publik dibutuhkan karena sekolah tidak dapat melaksanakan visi  dan misinya sendiri. Oleh karena itu berbagai macam bentuk kolaborasi dan kerjasama antar komunitas dan satuan pendidikan di luar sekolah sangat diperlukan dalam penguatan pendidikan karakter. Ada berbagai bentuk kolaborasi yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan pendidikan karakter peserta didik dalam menghadapi pendidikan abad 21 yaitu kolaborasi (Daryanto & Karim dalam Khasanah 2019).


Pada anak-anak, pengaruh itu terutama terletak pada perkembangan otak, emosi, sosial, dan kemapuan kognitif. Intensitas akan memengaruhi dari bahan bacaan yang mereka peroleh. 


B. Harapan ke depannya terhadap guru di SMPN 5 Borong sehubungan dengan penerapan literasi  pendidikan terhadap peningkatan kualitas karakter siswa


Literasi  tidak hanya mengacu pada keterampilan operasi dan menggunakan berbagai perangkat informasi dan komunikasi tetapi juga untuk proses “membaca” dan “memahami” sajian isi perangkat bacaan serta proses “menciptakan” “menulis” menjadi sebuah pengetahuan baru. (Kurnianingsih, 2017).


Literasi  sangat berpengaruh pada manusia, dikarenakan manusia memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu hal, sehingga menjadikanya untuk menggali informasi dari luar maupun dalam sangat terbuka lebar dan besar. 


Kesimpulan


Budaya literasi di SMPN 5 Borong mempunyai peran yang baik terhadap pembentuka karakter dan prestasi belajar siswa karena dengan kebiasaan membaca bisa menjadikan siswa menambah ilmu pengetahuan. Karakter siswa di tempat ini sudah cukup baik karena para siswa mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Para siswa sudah terbiasa melakukan mengucapkan salam dan mencium tangan kepada para guru. 

Prestasi belajar siswa di SMPN 5 Borong cukup baik karena setiap tahun prestasinya semakin meningkat walau tidak dalam kategori yang signifikan akan tetapi ada perubahan baik dari tahun-tahun sebelumnya yang tertera di dalam raport. 


Daftar Pustaka 


Adiarsi, Gracia Rahmi.,dkk. (205). Literasi Media Internet dikalangan Mahasiswa.

Jurnal Humaniora, 6(4), 470-482.


Akbar, M.Firman., & Filia, Dina Anggareani. (2017). Tekhnologi dalam pendidikan : Literasi  dan Self Directed Learning pada Mahasiswa Skripsi. Jurnal Indigeonus, 2(1), 28-36.


Baroroh, Juliana Kurniawati Siti . (2016). Literasi Media  Mahasiswa Universitas Bengkulu. Jurnal Komunikator, 8(2), : 52-66.


Dewi, Finita. (205). Proyek Buku  Upaya Peningkatan Keterampilan Abad 21 Calon Guru SMPN 5 Borong Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek. Jurnal Metodik Didaktik, 9(2), 1-5.


Handayani, Mediana. (2018). Pengukuran Keterampilan Literasi  Dikalangan Mahasiswa Fikom Universitas prof.Dr.Moestopo (Beragama). Jurnal Pustaka Komunikasi, 1(1), 124-129.


Heru,T.T.W., & Effrisanti, Yulia. (2018). Literasi  Diera Millennial. Jurnal Proceeding, 4(1), 185-193.


Khasanah, Uswatun., & Herina. (2019). Membangun Karakter Siswa Melalui Literasi  Dalam Menghadapi Pendidikan Abad 21 (Revolusi Industri 4.0). Jurnal Dokumentation, 4 (2), 999-105.


Kurnianingsih, Indah., ROSINI., & Nita, Ismayati. (2017). Upaya Peningkatan Kemampuan Literasi  Bagi Tenaga Perpustakaan Sekolah dan Guru di Wilayah Jakarta Pusat Melalui Pelatihan Literasi Informasi. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 61-76.


Mustofa., & B. Heni Budiwati. (2019). Proses Literasi  Terhadap Anak : Tantangan Pendidikan di Zaman Now. Jurnal Kajian Informasi dan Pemustakaan, 11(1), 15-130.


Novianti, Dewi., & Siti, Fatonah. (2018). Literasi Media  di Lingkungan Ibu-Ibu Rumah Tangga di Yogyakarta. Jurnal Ilmu Komunikasi, 16 (1), 2-14.


Nur, Mahmudah. (2019). Kendala Proses isasi Koleksi Guna Menunjang Proses Literasi  di UPT Perpustakaan Bengkulu. Jurnal Smart Studi Masyarakat, 5(1), 1-27.


Nurjanah, Ervina., Agus R., & Andri, Y. (2017). Hubungan Literasi  dengan Kualitas Penggunaan E-resourc J es. Jurnal Lentera Pustaka, 3(2), 117-140.


Pratiwi, Nani., & Nola, Pritanova. (2017). Pengaruh Literasi  terhadap Psikologis Anak dan Remaja. Jurnal ilmiah program studi pndidikan bahasa sastra Indonesia, 6(1), 11-24.


Sabrina, Anisa Rizki . (2019). Literasi  Sebagai Upaya Preventif Menanggulangi Hoax. Jurnal of Comunication Studies, 5(2), 31-46.


Sugiarti. (2017). Kendala Proses isasi Koleksi Guna Menunjang Proses Literasi  di UPT Perpustakaan Universitas Bengkulu. Jurnal Kepustakawanan dan Masyarakat Membaca , 33(2), 013-022.


Wahidi, Unang. (2018). Implementasi Literasi Media dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jurnal Pendidikan Islam, 7(2), 229-244.


Wahyudi, P Imam Hery . (2017). Pentingnya Keterampilan  Literasi Bagi Pustakawan. Jurnal Ilmu perpustakaan,informasi, dan kearsipan, 5(2), 187- 195.


Widyastuti, Dhyah Ayu Retn dkk. (2016). Litersi  pada Perempuan Pelaku Usaha Produktif di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Aspikom, 3(1), 1-5.


Yanti, Meri. (2016). Determinan Literasi  Mahasiswa : Kasus Universitas Sriwijaya. Jurnal Buletin Pos dan Telekomunikasi, 14(2), 79-94.


Yudha, Reza Praditya. (2017). Tantangan Literasi Era Media . Jurnal Ilmu Komunikasi , 6(12), 132-139.


Lampiran

SMPN 5 Borong, Manggarai Timur

 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Penerapan Literasi Dalam Pembentukan Karakter Siswa SMPN 5 Borong

Trending Now

Iklan