Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

Narasi Kecil: "SOS" Dan Viaticum

Suara BulirBERNAS
Saturday, February 24, 2024 | 17:00 WIB Last Updated 2024-02-24T10:23:40Z

Oleh: RP. Stefanus Dampur SVD*)


Narasi Kecil:  "Sos" Dan Viaticum
Narasi Kecil:  "Sos" Dan Viaticum




Sabtu ini, (24/2/24).

Saya merasa bahwa badan saya begitu bugar dan segar. Ada semangat membuncah. Saya bangun lebih awal. 


Baca: Menulis: Mengabadikan Kenangan dan Menimba Makna Serta Nilai Mulia Untuk Keberlanjutan Kehidupan


Saya duduk hening sejenak bukan untuk bermeditasi tetapi hanya mengalami keheningan batin. Saya tidak mempunyai intensi (punya maksud dan tujuan memohon sesuatu dari Allah) tetapi hanya punya atensi (memberikan perhatian kepada Allah yang telah lebih dahulu memperhatikan saya selama ini). 


Breakfast (Sarapan Pagi)


Saat saya baru mau membuka pintu kamar makan, datanglah seorang ibu dari Lingkungan Gemente-Boru-Paroki Hokeng. "Selamat pagi Om Tuan", demikian sapaan ibu itu. "Selamat pagi ibu", jawab saya. Lalu, saya mempersilahkan ibu itu duduk di ruang tamu Pastoran. 


"Om Tuan, saya mau minta tolong. Ada umat butuh minyak suci", sahutnya. "Di mana bu?", tanya saya. "Ada di lingkungan Gemente", balasnya. Lalu, saya meminta ibu itu untuk "duluan" ke tempat tersebut dan mohon seorang umat menjemput saya (saya juga belum pernah ke lingkungan Gemente).


Baca: Beristirahatlah dalam Kedamaian Abadi Kakak Saltus Res di Golo Tango


Lalu, saya ke kamar makan untuk minum air hangat. Saya sarapan seadanya. Maklum situasi gawat darurat. Kemudian saya ke kamar untuk mempersiapkan hal yang perlu untuk perayaan sakramentalia perminyakan suci tersebut.


Dijemput ke Gemente


Beberapa menit berselang ada seorang Bapa menjemput saya dengan motornya. Kamipun meluncur. Kami keluar dari Pastoran Hokeng mengikuti jalan di depan kantor paroki. Ikut ke jalan negara. Belok kiri ke arah barat. 


Sebelum memasuki toko Gonzalu, kami belok kanan. Kami menyusuri lorong tersebut sekitar 200 meter lalu tiba di rumah si penerima SOS (Sakramen Orang Sakit) dan Viaticum/Bekal Suci/Komuni Kudus. 


Namanya Bapak Bernabas Do

Setelah tiba di rumah, saya menyapa mereka semua. Setelah istirahat sejenak lalu saya mempersiapkan diri untuk memimpin upacara. Meja, salib, patung dan lilin sudah disiapkan oleh tuan rumah. Saya membawa air berkat, perminyakan, dan komuni kudus.


Sebelum memulai upacara, saya menanyakan nama lengkap dan taksiran usia si Bapa. Namanya Bapak Bernabas Do. Usianya diperkirakan 68 tahun. Beluk lama ini, beliau ke rumah sakit untuk perawatan kesehatan. Seusai pulang ke rumah pribadi, beliau meminta minyak suci dan komuni. 


Upacara Sakramentalia Berjalan Lancar


Bapak Bernabas Do sudah mandi. Beliau tampil necis. Beliau bisa duduk di kursi. Itu hal yang luar biasa. Saya mengucapkan salut kepadanya.


Lalu, saya memohon izinan beliau dan semua yang hadir agar upacara dimulai. Merekapun siap. Ibadah itu begitu khidmat, tenang dan hening. Lancar semuanya, baik pengurapan orang sakit maupun viaticum/bekal suci. Syukur kepada Allah.


Minum Kopi Pahit

"Pater orang Manggarai, pasti minum kopi pahit, kan?", tanya seorang ibu dalam nada retoris. "Ibu tahu betul", jawab saya. "Terima kasih sudah memahami hobby pastor", sambung saya dalam nada canda dan tawa.


Tidak lama berselang, kopi pahitpun tiba di meja hidang. Kami minum bersama. Bapa "Nabas", begitu Bapa Bernabas Do biasa disapa, hanya tersenyum. Beliau tidak minum kopi tapi minum susu. Segelas susu untuk Bapa Nabas itu sudah lumayan menguatkan beliau.


Syukuran Gol Caleg


"Om Pater, mohon maaf di dapur agak ribut. Kami buat ketupat untuk acara pawai sore ini", kata Ibu Ketua KBG. "Pawai dalam rangka apa, Bu?", tanya saya. "Syukuran atas golnya caleg, keluarga kami, Pa Yuvens Hikon menjadi anggota DPRD Flotim", jawab si ibu. "Ah, luar biasa. Profisiat untuk semua keluarga di sini. Profisiat untuk Pak Yuvens. Beliau itu kakak kandungnya Frater Roni Hikon kah?", sambung saya dalam bentuk pernyataan juga sekaligus pertanyaan. "Betul sekali Pater. Dia itu kakaknya Frater Roni Hikon", jawab seorang Pa yang berada di samping kanan saya.


Salam "SMP"

Lalu, saya sadar bahwa tugas saya menerimakan minyak suci sudah selesai. Kopi segelaspun sudah dihabisi. Tinggallah tugas terakhir memberikan mereka "Salam". Salamnya "SMP yakni Setelah Minum Pamit". 


Baca: Pertambahan Usia Anak Vain: Wujud Syukur dan Harapan


"Bapak/Ibu/saudara-saudari sekalian, Bapa Nabas dan keluarga besar. Terima kasih karena kalian sudah melakukan tugas mulia, memanggil Pastor untuk memberikan minyak suci dan komuni untuk Bapa Nabas. Bapa Nabas tetap berjuang untuk sehat ya. Jangan lupa minum obat yang diberikan tenaga kesehatan dari rumah sakit. Istirahat yang cukup. Tuhan memberkati. Saya pamit  untuk sementara. Selamat berpawai sebentar sore. Semoga semuanya aman, lancar dan sukses. Terima kasih".

Lalu, saya kembali ke Pastoran untuk mempersiapkan kotbah. Saya kaget bahwa ini hari sudah hari Sabtu lagi. Proses hidup, rasanya begitu cepat. Besok, Minggu, (25/2/24) mulai memasuki Minggu Pra-Paska kedua tahun B/II. Sesuai jadwal Pastoral dan tugas misa, ternyata saya memimpin perayaan Ekaristi di Pusat Paroki.




*) Penulis adalah seorang Pastor yang "siap kapanpun memberikan minyak suci, jika diminta oleh umat". Dia mengikuti prinsip Hukum Gereja: "Salus animarum, suprema lex= Keselamatan jiwa-jiwa adalah hukum paling utama".

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Narasi Kecil: "SOS" Dan Viaticum

Trending Now

Iklan