Iklan

Iklan

Iklan

Iklan

"Diskusi" sebagai Metode Pembelajaran

Thursday, August 4, 2022 | 23:22 WIB Last Updated 2023-02-10T06:33:01Z
"Diskusi" sebagai Metode Pembelajaran
 "Diskusi" sebagai Metode Pembelajaran



Pada tahun-tahun sebelumnya, saya mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di SMK Stella Maris. Saya juga pernah mengajar beberapa mata pelajaran produktif untuk program Usaha Layanan Pariwisata (ULP). Selain itu, saya pernah mengajar mata pelajaran 'Jurnalistik' sebagai pengisi mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) pada lembaga yang sama.


Baca: Guru: Teladan dalam Kebiasaan Menulis


Berbeda dengan tahun sebelumnya, mulai tahun ajaran 2022/2023 ini, saya mengajar bidang studi Agama Katolik. Sebuah mata pelajaran yang relatif linear dengan latar belakang akademik saya sebagai seorang sarjana filsafat agama (Katolik).


Hari-hari pertama 'berjumpa' dengan para siswa untuk mata pelajaran baru ini, saya coba 'menstimulasi dan menfasilitasi' para siswa untuk terlibat dalam sebuah 'diskusi yang seru' terkait dengan tema umum yang digumuli oleh orang beragama saat ini.


Sebelum masuk ke 'materi inti' versi kurikulum negara, secara kreatif saya mengajak siswa untuk mendalami tema seputar hakikat dan pengertian dasar soal agama umumnya dan agama Katolik khususnya. Setelah menjelaskan secara rinci perihal 'esensi agama dan terminologi Katolik', saya memprovokasi siswa untuk mendiskusikan secara serius isu yang relevan dengan penghayatan nilai kegamaan dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat.


Beberapa pertanyaan kunci yang saya angkat untuk sekadar 'memancing' minat siswa dalam mengemukan pendapat ketika berdiskusi dalam kelompok adalah sebagai berikut. Apa tujuan dan manfaat agama bagi manusia? Bolekah manusia tidak memiliki agama? Haruskah manusia 'percaya' pada kekuatan supranatural yang dalam bahasa agama disebut Tuhan?


Saya mendapat kesan bahwa umumnya para siswa sangat 'antusias', baik pada saat berdiskusi dalam kelompok, maupun pada saat sesi presentasi di depan kelas. Pertanyaan dan tanggapan peserta terhadap materi presentasi dari kelompok tertentu sangat menarik dan terkadang mengejutkan. Ada yang begitu kritis dalam merespons isi presntasi dari teman-teman kelompok itu. 


Baca: Soal Jamda IX Kwarda NTT Tahun 2022, Benarkah Sudah Persiapkan Secara Matang


Tulisan ini tidak berpretensi untuk 'melaporkan' secara detail jalannya proses diskusi dalam setiap kelas tempat di mana saya mengabdi saat ini. Saya hendak mengelaborasi soal 'diskusi' sebagai salah satu opsi metodis dalam mendesain dan mengimplementasikan proses pembelajaran di sekolah. Tesis dasarnya adalah metode diskusi bisa meningkatkan semangat siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, jika dipandu secara kreatif oleh guru. 


Meski demikian, sebagai sebuah metode, diskusi (setidaknya berdasarkan pengalaman saya dalam kelas) juga mempunyai sisi minusnya. Melalui tulisan ini, saya coba membentangkan secara obyektif sisi plus dan minus dari metode diskusi yang dikembangkan di sekolah saat ini.


Perlu dicatat bahwa  satu hal yang membuat siswa semangat belajar di sekolah adalah penggunaan metode pembelajaran yang bersifat aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. tentu, ada banyak metode pembelajaran yang bisa kita gunakan untuk membangkitkan minat belajar siswa. Hemat saya, metode berdiksusi bisa menjadi salah satu alternatif yang sangat direkomendasikan untuk diterapkan.


Metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang dilakukan siswa untuk memecahkan suatu permasalahan dengan cara bermusyawarah atau bekerja-sama. Diskusi juga dapat dijadikan sebagai implementasi strategi pembelajaran  berbasis pemecahan masalah.


Nilai Plus Diskusi


Menggunakan metode pembelajaran yang beragam membuat siswa tidak mudah bosan ketika melakukan kegiatan belajar mengajar. Hal ini perlu dilakukan guru untuk lebih kreatif dan inovatif menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Metode diskusi, sebetulnya memiliki kelebihan terutama jika dilihat dari sisi keterlibatan siswa dalam mengungkapkan ide.


Pertama, dalam dan melalui diskusi, guru bisa merangsang siswa untuk secara kreatif memberikan gagasan atau ide. Dalam kegiatan pembelajaran, proses pemberian materi tidak hanya sekadar mentramsfer ilmu, tetapi memastikan bahwa siswa memahami pokok soal dan mampu memproduksi pikiran orisinal terkait dengan materi yang dibahas.


Para siswa mempunyai ruang dan peluang untuk mengungkapkan gagasannya di dalam kelompok yang dibentuk oleh guru. Mereka dengan bebas menyampaikan ide kepada teman sebaya dalam kelompokj kecil itu.


Baca: TK, SD, dan SMP Pius Pemalang Memulai Tahun Ajaran Baru 2022/2023 dengan Merayakan Ekaristi Bersama


Kedua, masih berkaitan dengan poin pertama tadi, sebenarnya dalam berdiskusi, para siswa akan 'lebih berani' mengungkapkan pendapat. Metode belajar diskusi dianggap mampu mengubah siswa pasif menjadi lebih aktif. Bagaimana tidak? Mereka dituntut untuk lebih berani menyampaikan gagasan atau pendapatnya. Meskipun pendapatnya berbeda dengan orang lain, mereka tetap bisa mendiskusikannya kembali.


Berani berbicara sangat penting untuk masa depannya, di mana kemampuan ini akan terpakai jika mereka bekerja di sebuah perusahaan atau saat membangun bisnis. Oleh sebab itu, Anda tidak perlu ragu menggunakan metode pembelajaran diskusi.


Ketiga, dapat bertukar pikiran. Ini penting agar siswa terbiasa untuk 'saling berbagi dan bertukar ide' dalam mengatasi pelbagai persolan dalam hidup konkret. Kita tahu bahwa dalam berdiskusi tentu dibutuhkan dua orang atau lebih sehingga mereka dapat bertukar pikiran mengenai permasalahan yang sedang diperbincangkan. Membiasakan anak untuk bertukar pikiran bermanfaat untuk masa depannya.  Diharapkan agar mereka lebih kritis dan menghargai fakta perbedaan pendapat.


Keempat, bekerja sama dengan baik. Dalam berdiskusi diperlukan kerjasama tim yang baik. Saya pikir ini nilai positif yang bisa ditimba dari pembentukan kelompok diskusi.  Apabila kerjasama tersebut tidak dilaksanakan dengan baik, maka mereka tidak bisa menghasilkan jawaban dan solusi yang memuaskan terhadap sebuah pokok soal yang didiskusikan.


Kelima, belajar menjadi pemimpin. Dalam sebuah diskusi tentu ada ketua yang memastikan kelompok tersebut dapat berdiskusi dengan baik. Secara tidak langsung, hal ini memberikan pengajaran kepada siswa bagaimana pemimpin dapat mengatur dan bekerja dengan baik.


Sisi Minus Metode Diskusi


Benar bahwa diskusi mempunyai banyak sisi positifnya. Namun, dalam pelaksanaannya metode ini juga mempunyai kekurangan apabila tidak disampaikan atau dilakukan dengan baik.


Pertama, ada kecenderungan bahwa hanya beberapa siswa yang aktif. Pada dasarnya metode diskusi menuntut siswa untuk berbicara dan mengeluarkan gagasannya masing-masing namun dalam pelaksanaannya, hanya beberapa siswa saja yang mendominasi jalannya diskusi. Hal ini tentu akan menimbulkan ketimpangan, di mana siswa yang pasif akan tetap menjadi pasif.


Sebagai guru, kita harus bisa mengatur jalannya diskusi dengan baik. Jika ada siswa yang tidak berani mengeluarkan pendapat, kita  bisa bertanya langsung kepada mereka.  Setidaknya, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat memancing mereka mengeluarkan gagasannya.


Kedua, terkadang pembahasannya meluas dan keluar dari materi pembelajaran. Karena banyaknya pendapat yang masuk, kadang-kadang siswa menjadi tidak fokus dan malah keluar dari pembahasan materi pelajaran. Hal ini bukannya membuat mereka menjadi paham akan materi pelajaran, justru mereka semakin dibuat bingung. Jika dalam kegiatan pembelajaran kita menemukan kelompok diskusi seperti ini, kita harus meluruskannya kembali agar tidak terjadi pembahasan yang lebih jauh.


Ketiga, relatif membutuhkan waktu yang cukup lama. Saat memulai diskusi di kelas, siswa mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan permasalahan yang kita beri. Bahkan terkadang, waktu pelajaran yang ditetapkan masih kurang bagi mereka untuk berdiskusi. Akibatnya adalah kegiatan belajar tidak selesai tepat waktu.


Oleh sebab itu, sebelum menggunakan metode ini pastikan kita  sudah merencanakannya terlebih dahulu dan memberitahu masing-masing kelompok siswa agar mereka menyiapkannya dengan matang. Dengan begitu, waktu pelaksanaan akan teratur dan sesuai dengan yang direncanakan.


Baca: Ketika Anggota MKKS SMK Kabupaten Banyuasin (Sumsel) "Studi Banding" di SMK Stella Maris


Keempat, pengungakapan emosi yang tidak terkontrol. Dalam diskusi seringkali terjadi perbedaan pendapat, jika setiap siswa tidak dapat menyelesaikan masalah dan tetap mempertahankan pendapatnya masing-masing, hal tersebut dapat menimbulkan pengungkapan emosi yang tidak terkontrol. Agar hal ini tidak terjadi, kita bisa memberikan bantuan atau arahan kepada mereka dalam mencari solusi yang tepat.


Terlepas dari sejumlah kekurangan itu, saya berpikir, metode diskusi ini tidak boleh 'diabaikan' begitu saja dalam proses pembelajaran. Sejak dini, para siswa mesti 'dibiasakan' untuk membangun kolaborasi yang baik dalam kelompok dan terbiasa mengungkapkan pendapat secara bebas dan kreatif. Mari membiasakan peserta didik untuk terlibat dalam sebuah pola diskusi yang sehat dan bermutu dalam kelas.



Oleh: Sil Joni*

*Penulis adalah  Staf Pengajar SMK Stella Maris Labuan Bajo.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • "Diskusi" sebagai Metode Pembelajaran

Trending Now

Iklan